Model Koperasi Bisa Jadi Solusi Pengelolaan Transportasi Online
- Alih-alih dikelola perusahaan besar yang sering kali menghadapi kritik terkait keadilan dan transparansi, platform koperasi memungkinkan anggota, baik pengemudi maupun penumpang, untuk memiliki saham dan terlibat langsung dalam pengambilan keputusan.
Dunia
JAKARTA — Perusahaan penyedia layanan transportasi online alias ride-hailing dengan konsep koperasi dapat menjadi tawaran resolusi konflik yang baru. Hal itu merespons maraknya demonstrasi pengemudi ojek online (ojol) yang menuntut haknya di Indonesia.
Tak cuma di Indonesia, ketegangan ini sebelumnya pernah terjadi antara pengemudi ojol sebagai mitra dan aplikator transportasi online di berbagai belahan dunia. Seiring berkembangnya industri ride-hailing, munculnya konsep koperasi dalam sektor ini.
Pendekatan koperasi menawarkan alternatif yang inovatif dan berpotensi lebih adil dibandingkan dengan model tradisional. Ride-hailing berbasis koperasi, yang menggabungkan prinsip koperasi dengan teknologi platform digital, mulai menarik perhatian di berbagai belahan dunia.
Hal itu sekaligus menjadi solusi untuk masalah-masalah yang sering dihadapi dalam model ride-hailing konvensional. Konsep ride-hailing berbasis koperasi menghadirkan pendekatan baru dengan menempatkan kepemilikan dan pengelolaan platform di tangan pengemudi dan pengguna.
Memiliki Saham
Alih-alih dikelola perusahaan besar yang sering kali menghadapi kritik terkait keadilan dan transparansi, platform koperasi memungkinkan anggota, baik pengemudi maupun penumpang, untuk memiliki saham dan terlibat langsung dalam pengambilan keputusan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan model yang lebih adil dan inklusif.
Di Swedia, model koperasi mobilitas yang mengintegrasikan prinsip berbagi kendaraan dengan teknologi telah memperlihatkan potensi besar. Koperasi ini menyediakan armada kendaraan yang dapat digunakan secara kolektif oleh anggotanya, dikutip dari fairbnb.coop, Jumat, 30 Agustus 2024.
Hal ini mengurangi ketergantungan pada sistem tradisional dan memberikan keuntungan langsung kepada pengguna serta pengemudi. Dengan pendekatan ini, anggota memiliki kontrol lebih besar terhadap kebijakan, tarif, dan manajemen platform.
Di Amerika Serikat, “Coop Ride” di San Francisco mulai mengadopsi model koperasi untuk layanan ride-hailing. Melalui koperasi ini, pengemudi tidak hanya bekerja sebagai pekerja lepas tetapi juga sebagai pemilik dan pengelola platform.
Ini memberikan mereka suara dalam keputusan operasional dan pembagian keuntungan, serta akses ke tunjangan yang sering kali tidak tersedia dalam model ride-hailing tradisional.
Transparansi dalam pengelolaan keuangan dan kebijakan juga menjadi lebih jelas karena semua anggota memiliki akses ke informasi dan keputusan. Pembagian keuntungan dilakukan secara adil di antara anggota, memberikan pengemudi proporsi yang lebih besar dari tarif yang dibayarkan penumpang.
Selain itu, koperasi dapat menyediakan perlindungan dan tunjangan yang lebih baik, termasuk asuransi dan dukungan kesejahteraan, yang sering kali kurang dalam model tradisional.
Di negara lain, seperti Perancis dan Brasil, inisiatif serupa mulai muncul. Di Perancis, menyediakan layanan berbagi kendaraan dengan model koperasi, meskipun belum sepenuhnya digital, mengikuti prinsip koperasi dalam pengelolaannya.
Brasil juga menggunakan konsep yang sama, “Cooperativa de Transporte por Aplicativo” di Sao Paulo mengoperasikan layanan ride-hailing dengan pendekatan koperasi. Mereka menawarkan alternatif bagi pengemudi yang ingin memiliki kontrol lebih besar terhadap platform, dikutip dari extraclasse.org.br.
Ride-hailing berbasis koperasi menawarkan sebuah alternatif yang menjanjikan bagi model ride-hailing tradisional, dengan menempatkan kepemilikan dan kontrol di tangan anggota. Meski menghadapi tantangan terkait skalabilitas dan pendanaan, konsep ini berpotensi memberikan solusi lebih adil dan transparan dalam industri transportasi online.
Baca Juga: Serikat Pekerja Kembali Desak Status Karyawan untuk Ojol
Dengan meningkatnya minat dan eksperimen di berbagai negara, masa depan ride-hailing koperasi bisa menjadi salah satu model yang mengubah wajah industri ini secara signifikan.
Pengamat perkoperasian, Suroto, mengatakan ada perbedaan yang drastis antara pengelolaan ojol model korporasi dengan koperasi. Hal yang paling mendasar, imbuhnya, adalah soal kepemilikan dan pengambilan keputusan.
“Ojek konvensional sekarang hanya melibatkan driver sebagai obyek kebijakan bisnis. Kalau koperasi, para driver itu juga menjadi pemilik perusahaan. Sehingga mereka ikut terlibat sebagai pengambil kebijakan,” ujar Suroto dalam keterangannya kepada TrenAsia beberapa waktu lalu.
Menurut dia, pelibatan kepemilikan dan pengambilan keputusan melalui model koperasi itu penting. Hal itu untuk menghindari eksploitasi dan hubungan yang timpang antara perusahaan dan pekerja. “Selama ini mereka hanya mitra, itulah kenapa mereka berulang kali demo. Tidak ada partisipasi di sana,” ujar Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) itu.