Perdana Menteri Mongolia Oyun-Erdene Luvsannamsrai
Dunia

Mongolia Tingkatkan Kerja Sama dengan AS untuk Tambang Mineral Langka

  • Logam tanah jarang merupakan mineral langka yang bersifat magnetik dan konduktif. Hanya sedikit negara yang memiliki kekayaan alam tersebut, salah satunya Mongolia.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Perdana Menteri Mongolia, L. Oyun-Erdene, menyatakan negaranya akan meningkatkan kerja sama dengan Amerika Serikat (AS) terkait penambangan logam tanah jarang. Hal itu disampaikannya dalam kunjungan ke Washington, Rabu 2 Agustus 2023 waktu setempat.

Logam tanah jarang merupakan mineral langka yang bersifat magnetik dan konduktif. Hanya sedikit negara yang memiliki kekayaan alam tersebut, salah satunya Mongolia. Logam ini banyak digunakan di perangkat elektronik seperti ponsel, tablet, speaker, dan lain-lain.

Dilansir dari Reuters, Kamis 3 Agustus 2023, Mongolia memiliki cadangan tanah jarang dan tembag melimpah yang sangat penting untuk aplikasi teknologi tinggi. Hal itu termasuk peralatan pertahanan dan elektrifikasi pasar otomotif untuk membantu mencegah perubahan iklim.

Setelah bertemu dengan Wakil Presiden Kamala Harris pada hari Rabu, Oyun-Erdene sepakat untuk menandatangani perjanjian “Open Skies” dalam bidang penerbangan sipil, sebagai bagian dari komitmen untuk lebih meningkatkan kerja sama ekonomi. “Kami telah membahas potensi kerja sama kita dalam penambangan tanah jarang, mineral kritis, termasuk tembaga,” kata Oyun-Erdene.

Kerja sama dengan AS, yang disebutnya sebagai “tetangga strategis penting ketiga” Mongolia, dalam bidang tanah jarang dan mineral kritis telah berlangsung beberapa waktu terakhir. 

Kolaborasi itu diperdalam berdasarkan nota kesepahaman yang ditandatangani pada bulan Juni antara Kementerian Pertambangan dan Industri Berat Mongolia dengan Departemen Luar Negeri AS.

Mongolia berharap dapat menjalin hubungan baik dengan tetangganya, China, yang menguasai sebagian besar cadangan unsur tanah jarang di dunia, serta dengan Amerika Serikat. 

Persaingan Negara Adidaya

Namun, Oyun-Erdene memperingatkan bahwa negara-negara seperti Mongolia, yang terkurung daratan di antara China dan Rusia, akan menderita jika persaingan negara adidaya memanas.

“Sayangnya, saya khawatir perang dingin baru ini akan sangat berbeda dan (lebih) sulit dibandingkan perang dingin sebelumnya,” katanya, menunjuk pada perubahan teknologi yang cepat dan masalah global seperti perubahan iklim. “Kita tidak dapat menghadapi situasi perang dingin baru.”

Ia menyerukan kepada kekuatan-kekuatan besar untuk “lebih bertanggung jawab” guna menghindari “dampak negatif drastis pada banyak negara di seluruh dunia, terutama pada perekonomian internasional.”

Oyun-Erdene menyatakan bahwa negaranya sedang dalam pembicaraan dengan Chief Executive Officer Tesla, Elon Musk, mengenai kemungkinan investasi dan kerja sama di sektor kendaraan listrik dan bidang luar angkasa.

Pemimpin Mongolia berencana mengunjungi California dan bertemu dengan Musk serta para pemimpin industri teknologi lainnya. Namun tanggal kunjungan tersebut belum diputuskan.