Monopoli Avtur Buat Tiket Pesawat Mahal, Pengamat Penerbangan Beberkan Biang Keroknya
Transportasi dan Logistik

Monopoli Avtur Buat Tiket Pesawat Mahal, Pengamat Penerbangan Beberkan Biang Keroknya

  • Sudah belasan tahun pasar distribusi BBM dibuka sejak itu pula ada SPBU Shell blipo dan sebagainya sehingga tidak benar hanya Pertamina yang pasok avtur.

Transportasi dan Logistik

Debrinata Rizky

JAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi baru-baru ini menuding penurunan harga tiket pesawat sebesar 10 persen terhambat oleh adanya monopoli avtur yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero). 

Budi juga mengaku dirinya telah berulang kali meminta agar Pertamina mengubah cara pengelolaannya. Dia mengungkapkan kekesalan terhadap BPH Migas yang tidak menindaklanjuti pembicaraan tersebut. Dia juga menyatakan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) kini mulai melakukan penyelidikan atas dugaan praktik monopoli oleh PT Pertamina Patra Niaga.

Namun hal berbeda diungkap pengamat penerbangan Alvin Lie, ia menilai Kementerian Perhubungan hanya mencari kambing hitam atas masalah tingginya harga tiket pesawat. Menurut Alvin, tidak ada peraturan yang melarang masuknya penyedia avtur lain. 

"Sudah belasan tahun pasar distribusi BBM dibuka sejak itu pula ada SPBU Shell blipo dan sebagainya sehingga tidak benar hanya Pertamina yang pasok avtur," kata Alvin kepada TrenAsia.com pada Jumat, 4 Oktober 2024.

Alvin menjelaskan lebih lanjut beberapa bandara khusus yang dikelola perusahaan pertambangan justru penyediaan bahan bakar dipasok eksklusif oleh inventor swasta. Di mana perusahaan plat merah Pertamina pun tidak dapat masuk ke bandara-bandara tersebut.

Tarif Batas Atas  Biang Keroknya

Pengamat penerbangan ini menyebut, tarif batas atas yang berlaku sejak 2019 dan tidak mengalami revisi membuat biaya operasi maskapai terus meningkat. Ditambah dengan fluktuasi nilai tukar rupiah dan gaji pegawai yang tiap tahun ikut.

Ia menjelaskan unsur utama biaya operasi airlines adalah avtur 30% sampai dengan 50%, lalu perawatan pesawat di mana sebagian besar suku cadang dan komponen pesawat masih dikenakan bea masuk, PPN dan PPh impor.

Penyusutan pesawat atau sewa pesawat juga menjadi unsur utama biaya operasi airlines. Sehingga menurutnya pemerintah sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin menurunkan harga tiket.

Situasi ini membuat maskapai, seperti Lion Group, terpaksa mengalihkan skadron ke Malaysia dan Thailand, di mana regulasi TBB dan TBA lebih fleksibel. 

Lalu maskapai lain, seperti Air Asia, juga mengurangi rute domestik dan lebih fokus pada rute internasional yang tidak terikat oleh batasan tarif tersebut. Alvin menyatakan banyak maskapai mengeluhkan rute domestik yang dianggap tidak menguntungkan.

Alvin  juga menyoroti tantangan yang dihadapi penerbangan di bagian timur Indonesia, di mana harga avtur lebih mahal dan fasilitas perawatan pesawat terbatas. Tak hanya itu penerbangan menuju ke sana pun mayoritas menggunakan pesawat propeller/ ATR 72.  Kata Alvin jika Pemerintah ingin menurunkan harga avtur di bagian Indonesia timur perlu didukung dengan subsidi biaya logistik.