<p>Ilustrasi PGN / Dok. PGN</p>
Korporasi

Moody’s Ubah Prospek Anak Usaha PGAS, Saka Energi dari Negatif jadi Stabil

  • Moody's Investors Service mengubah outlook PT Saka Energi Indonesia dari negatif menjadi stabil.
Korporasi
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Lembaga pemeringkat global, Moody's Investors Service mengubah peringkat PT Saka Energi Indonesia dan peringkat senior tanpa jaminan. Moody’s juga mengubah outlook anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) tersebut dari negatif menjadi stabil.

Analis Moody's mengatakan revisi prospek menjadi stabil mencerminkan ekspektasi bahwa likuiditas Saka akan sangat baik selama 12-18 bulan ke depan menyusul perpanjangan jatuh tempo pinjaman pemegang saham dari induknya, Perusahaan Gas Negara alias PGN. 

“Kami juga berharap profil operasional Saka akan membaik dalam 12-18 bulan ke depan seiring perusahaan meningkatkan produksi dari lapangan Sidayu setelah program pemboran yang sukses,” ujarnya, dikutip dari laporan Moody’s, Jumat, 8 Oktober 2021.

Pada 30 September 2021, PGN mengumumkan telah menandatangani amandemen dengan Saka untuk memperpanjang jatuh tempo pinjaman tanpa bunga utang pemegang saham (shareholder loan) senilai US$361 juta yang semula jatuh tempo pada Januari 2022. 

Setelah amandemen tersebut, shareholder loan Saka senilai US$77,6 juta akan jatuh tempo pada Januari 2023, US$141,5 juta pada Desember 2024 dan sisanya US$141,5 juta pada Desember 2025. Pada saat yang sama, kedua perusahaan sepakat untuk menyesuaikan tingkat bunga yang terkait dengan shareholder loan.

Saka diproyeksikan bakal memiliki likuiditas yang sangat baik selama 12-18 bulan ke depan setelah perpanjangan pinjaman pemegang saham tersebut. Per 30 Juni 2021, Saka memiliki kas dan setara kas sebesar US$176 juta. 

Saldo kasnya, bersama dengan perkiraan Moody's untuk menghasilkan arus kas operasi Saka sebesar US$240 - US$250 juta selama 18 bulan ke depan, akan cukup untuk menutupi pengeluaran modalnya sekitar US$160 juta dan pinjaman pemegang saham sebesar US$77,6 juta yang akan jatuh tempo pada Januari 2023. 

“Moody's perkiraan didasarkan pada asumsi harga minyak mentah Brent jangka menengah dari US$50 sampai US$70 per barel,” tulis laporan tersebut.

Di samping itu, kinerja operasional Saka meningkat setelah peningkatan produksi di lapangan Sidayu setelah melaksanakan program pemboran. Selanjutnya, Saka menghasilkan volume gas sekitar 3.000 barel per hari (MBOEPD) pada semester I-2021 di Muriah. 

Produksi di Muriah terhenti pada September 2019 dan dimulai kembali oleh Saka setelah mengambilalih operatorship pada 2020. Kontrak bagi hasil di Muriah akan berakhir tahun ini, namun Saka berharap akan diberikan perpanjangan oleh SKK Migas. 

“Moody's sekarang memperkirakan bahwa Saka akan memproduksi sekitar 27-32 MBOEPD selama dua tahun ke depan, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya sebesar 23-27 MBOEPD,” tambahnya.