Tanaman Opium
Sains

Morfin: Kontroversi dan Manfaatnya di Sektor Medis

  • Salah satu keunggulan utama morfin adalah kemampuannya untuk mengurangi tingkat tekanan fisik, membuatnya efektif dalam mengatasi rasa sakit yang sulit diatasi oleh analgesik lain.
Sains
Muhammad Imam Hatami

Muhammad Imam Hatami

Author

JAKARTA - Morfin senyawa yang dihasilkan dari opium dan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1804 oleh ahli kimia Jerman FWA Sertürner. Sejak penemuannya, morfin telah menjadi bagian integral dari dunia medis, menyediakan bantuan signifikan untuk meredakan rasa sakit yang parah.

Morfin, umumnya digunakan dalam bentuk garam seperti hidroklorida, sulfat, asetat, dan tartrat, dihasilkan dari biji opium poppy (Papaver somniferum). 

Meskipun memiliki manfaat medis yang besar, morfin juga membawa risiko dan kontroversi karena sifat adiktifnya, morfin sering digunakan dalam pengobatan rasa sakit yang disebabkan oleh kanker atau kondisi medis serius lainnya.

Dilansir Ensiklopedia Britanica, Kamis, 29 Februari 2024, Salah satu keunggulan utama morfin adalah kemampuannya untuk mengurangi tingkat tekanan fisik, membuatnya efektif dalam mengatasi rasa sakit yang sulit diatasi oleh analgesik lain.

Morfin juga terbukti bermanfaat dalam kondisi medis seperti syok traumatis, pendarahan internal, dan gagal jantung kongestif.

Penggunaan morfin juga menyertakan risiko serius, efek samping seperti depresi, gangguan sistem pernapasan, gangguann peredaran darah, dan pencernaan dapat terjadi. 

Selain itu, morfin memiliki sifat adiktif yang dapat menyebabkan ketergantungan, menjadi perhatian utama dalam penggunaannya.

Resiko Penggunaan dan Kontroversi Morfin

Memiliki sifat-sifat yang adiktif dan membuat ketergantungan, membuat regulasi penggunaan morfin menjadi perdebatan di banyak negara. 

Salah satu kekhawatiran utama adalah kemampuannya untuk diubah menjadi heroin, sebuah zat terlarang yang dikenal karena efek euforianya yang kuat dan potensi ketergantungannya yang tinggi. 

Tindakan keras terhadap penggunaan morfin diatur oleh undang-undang diberbagai negara, seperti Controlled Substances Act di Amerika Serikat, yang bertujuan untuk mengendalikan dan mengawasi substansi-substansi yang dapat menimbulkan risiko kesehatan masyarakat.

Meskipun morfin memiliki manfaat medis yang sah, keberadaannya dalam ranah peraturan sering kali memicu tantangan kompleks terkait penyalahgunaan dan peredaran ilegal yang dapat merugikan masyarakat secara luas. 

Dengan demikian, regulasi ketat diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara penggunaan medis yang benar dan mencegah dampak negatif yang dapat timbul dari penyalahgunaan morfin dan derivatifnya.

Dengan segala kontroversinya, morfin tetap menjadi elemen penting dalam pengobatan rasa sakit. Banyak upaya penelitian dan pengembangan dilakukan untuk mengurangi risiko ketergantungan dan efek samping yang dihasilkan oleh morfin. 

Kemajuan pengembangan bahan kimia organik sintetik juga telah menghasilkan senyawa-senyawa seperti meperidine dan metadon sebagai alternatif lain penggunaan morfin, meskipun zat tersebut tidak sepenuhnya menggantikan peran utama morfin dalam praktek medis.

Dalam penggunaannya yang bijaksana dan diawasi oleh tenaga medis yang berpengalaman, morfin dapat memberikan manfaat signifikan bagi pasien yang mengalami rasa sakit kronis atau akut. 

Oleh karena itu, pendekatan yang hati-hati dan pemahaman mendalam terhadap risiko dan manfaatnya diperlukan untuk memaksimalkan efektivitas penggunaan morfin dalam konteks perawatan kesehatan modern.