Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta,   Selasa, 7 Juni 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Pasar Modal

MSCI Rilis Daftar Emiten Terbaru, Begini Analisisnya

  • Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia Index baru saja mengupdate penghuni barunya.
Pasar Modal
Fakhri Rezy

Fakhri Rezy

Author

JAKARTA - Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia Index baru saja mengupdate penghuni barunya. Pasalnya ada perusahaan yang baru dimasukan dan juga dikeluarkan dari indeks tersebut.

Dalam rilis MSCI kategori Global Standard Indexes, tidak ada penambahan emiten. Namun, 3 emiten dikeluarkan dalam daftar yakni PT Adaro Mineral Indonesia Tbk. (ADMR), PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk. (TBIG).

Menurut analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Desy Israhyanti, ADMR ini merupakan anak usaha ADRO yang melakukan penjualan batu bara kadar tinggi dan mulai mendiversifikasi bisnis ke energi terbarukan.

"Sejak awal tahun pun, sahamnya mengalami kenaikan signifikan di mana return yang dihasilkan cukup signifikan atau naik sebesar 84%," ujarnya dalam riset.

Memasuki pertengahan Oktober, sahamnya dalam tren penurunan yang
memang terimbas oleh harga acuan batu bara dunia yang mengalami penurunan seiring dengan potensi perlambatan ekonomi yang menurunkan permintaan.

Demikian halnya dengan TBIG yang sahamnya terus mengalami penurunan setelah dalam dua bulan sejak Juni sahamnya bergerak sideaway. Jika diperhatikan kedua saham tersebut, mengalami rally yang cukup lama.

Sementara, saham GGRM terus mengalami penurunan sejak 2019. Hal ini memang seiring dengan kebijakan cukai rokok yang memang terus mengalami kenaikan menimbang konsumsi rokok di Indonesia mengalahkan konsumsi beras yang merupakan kebutuhan pokok.

"Meskipun GGRM dikeluarkan dari kategori global standard, namun GGRM masih masuk dalam kategori global small cap indexes," ujarnya.

Tak hanya GGRM, namun 3 emiten lainnya masuk dalam indeks global small cap tersebut, yakni PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk. (BIPI), PT Bukalapak Tbk (BUKA), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) di mana memang terlihat sangat aktif transaksinya dalam beberapa bulan belakangan. Sehingga, total yang masuk dalam indeks global berkapitalisasi kecil ada 4 emiten.

Masuknya BUKA ke dalam indeks MSCI Indonesia dengan kategori small tersebut, sontak direspons pasar dengan kenaikan cukup signifikan secara intraday sebesar 6,85%.Demikian pula, BIPI yang pergerakan sahamnya meningkat 5,84%.

Namun, ada 3 emiten yang terdepak dalam indeks tersebut yakni PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), PT M Cash Integrasi (MCAS) dan PT MNC Vision Networks (IPTV).

Prospek Saham dalam MSCI Indonesia

Menurut riset Pilarmas Investindo, daya tahan pergerakan saham emiten saat ini memang masih cukup dinamis menimbang kinerjanya yang masih cukup baik di tengah pemulihan ekonomi dalam negeri yang menstimulus konsumsi dalam negeri sebagaimana konsumsi masyarakat mendominasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Begitupun, perdagangan internasional yang tumbuh signifikan di mana didorong oleh commodity headwind. Memang makro Indonesia yang masih cukup baik turut menopang daya tahan IHSG di tengah ancaman global yang meningkat mulai dari potensi resesi, krisis utang, krisis energi hingga krisis pangan.

Sepanjang tahun 2022, IHSG mencatatkan return sebesar 10,43% yang mana pergerakannya didominasi oleh sektor energi sebesar 85,62% dan diikuti oleh industri sebesar 22,31%, transportasi & logistic sebesar 15,32%, konsumen primer sebesar 12,41%, barang baku sebesar 7,91%, kesehatan sebesar 5,99% dan keuangan sebesar 0,30%. Sementara, sektor teknologi tertekan cukup dalam sebesar -22,68%, property & real estate sebesar -8,73%, infrastruktur sebesar -2,16% dan konsumen non-primer sebesar -0,10%.

Di sepanjang tahun ini pun, aliran dana asing yang masuk masih cukup kuat di mana mencapai Rp80,23 triliun di sepanjang tahun ini. Jika dipantau dalam sepekan memang bergerak konsolidasi, meskipun masih menguat sebesar 0,62% yang ditopang oleh data makro Indonesia yang cukup baik.