Sejumlah calon penumpang pesawat udara berada di area keberangkatan Terminal 3, Bandara Soetta, Tangerang, Banten, Jum'at, 17 Desember 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Industri

Muhammad Awaluddin: Ini Tantangan Terberat Angkasa Pura II di 2023

  • Pasalnya disrupsi pandemi COVID-19 masih terjadi meski pemerintah berencana mengubah status pandemi menjadi endemi di 2023 dan meski di akhir tahun 2022 pun pemerintah telah mencabut status PPKM.

Industri

Yosi Winosa

JAKARTA - Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero), Muhammad Awaluddin mengakui pemulihan operasional 20 bandara kelolaannya menjadi tantangan terbesar di tahun 2023. 

Pasalnya disrupsi pandemi COVID-19 masih terjadi meski pemerintah berencana mengubah status pandemi menjadi endemi di 2023 dan meski di akhir tahun 2022 pun pemerintah telah mencabut status PPKM.

Menurutnya, sejak 2020 lalu lalu lintas penerbangan menurun sebagai dampak pandemi. Namun saat ini penerbangan mulai meningkat di tengah periode pemulihan dan seluruh bandara AP II dapat tetap optimal dalam operasional dan pelayanan. Bahkan, Bandara Soekarno-Hatta dapat terus beroperasi 24 jam setiap hari. 

Perusahaan pun dipaksa menjalankan tiga program utama yakni penghematan biaya (cost leadership), penyesuaian terhadap belanja modal (capex disbursement), dan memperketat manajeman arus kas (cash flow management) demi mempertahankan kelangsungan bisnis (business survival) yang dijalankan sejak Maret 2020.

“Pemulihan lalu lintas penerbangan di 20 bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II dimulai sejak Desember 2021 untuk rute domestik, yang kemudian berlanjut pada 2022 baik itu rute domestik maupun internasional," kata Awaluddin saat dihubungi TrenAsia.com, Minggu, 1 Januari 2023.

Awaluddin menjelaskan bahwa pemulihan tersebut dilakukan dengan melakukan sejumlah penyesuaian operasional bandara seperti misalnya di Bandara Soekarno-Hatta yang merupakan bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia. 

Penyesuaian operasional yang dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta antara lain dijalankannya program penyeimbangan kapasitas (rebalancing capacity) di terminal penumpang. 

Pada 1 April 2022, Bandara Soekarno-Hatta mengaktifkan kembali Terminal 1 setelah hampir sekitar 2 tahun ditutup akibat pandemi. Lalu, mulai 16 Desember 2022, seluruh penerbangan internasional Lion Air Group dipindah ke Terminal 2F dari Terminal 3.

Program rebalancing capacity ini membuat Terminal 1, Terminal 2 dan Terminal 3 di Bandara Soekarno-Hatta dapat beroperasi optimal dalam melayani penerbangan dan penumpang pesawat. 

Sejalan dengan peningkatan jumlah penumpang, Bandara Soekarno-Hatta mulai April 2022 juga kembali mengaktifkan Skytrain yang merupakan moda transportasi publik berbasis rel untuk mobilitas antarterminal dan Stasiun Kereta Bandara. 

“Tingkat pemulihan (recovery rate) di Bandara Soekarno-Hatta pada 2022 diproyeksikan mencapai 90%, dalam artian lalu lintas penerbangan sudah 90% dari kondisi 2019 saat belum ada pandemi COVID-19. Penyesuaian operasional serupa juga dilakukan di bandara-bandara lainnya yang dikelola AP II," kata Awaluddin.

Dukungan SDM Milenial

Ditambahkan Awaluddin, SDM menjadi faktor terpenting dalam pemulihan tersebut. Dalam mengembangkan SDM, perseroan melakukan transformasi yang berfokus pada tiga aspek yakni pengembangan orang (people), organisasi (organization) dan budaya kerja (culture). 

Pengembangan aspek people saat ini tengah dijalankan untuk menjadikan karyawan sebagai digital talent dan berkompeten dalam menerapkan konsep smart airport. Untungnya, 70% karyawan perusahaan adalah millennial, di mana usia tersebut sangat memahami pengembangan teknologi sehingga program ini berjalan lancar.

Sementara pengembangan organisasi dilakukan agar karyawan mampu menjaga operasional perusahaan termasuk ketika menghadapi periode menantang seperti adanya pandemi COVID-19. Sejalan dengan hal tersebut, PT Angkasa Pura II memupuk pola kerja digital atau Digital Ways of Working. 

Setiap karyawan PT Angkasa Pura II, yang telah menjalankan Digital Ways of Working dan Bring Your Own Device, kemudian saling bersinergi dan terhubungan di dalam aplikasi internal iPerform. Aplikasi iPerform merupakan platform bagi karyawan untuk mengelola kegiatan atau berbagai aktivitas internal guna menjaga operasional perusahaan dan bandara yang dikelola. 

Terakhir, budaya perusahaan dibangun agar pekerja mengarah ke budaya kerja digital (digital culture). Guna memastikan tercapainya target mewujudkan budaya kerja digital, sejak 2018 perseroan melakukan pengukuran Digital Culture Index yang mencakup Digital Essential Index, Digital Readiness Index dan Digital Performance Index.

Transformasi Bisnis

AP II menetapkan program transformasi untuk menjadi pemimpin pasar operator penerbangan di ASEAN dan menjadi jawara konektivitas udara. Lewat Program Transformation 2.0 (2020–2024), perusahaan fokus pada pengembangan pada 3 aspek yakni bisnis dan portofolio usaha, infrastruktur dan sistem operasi dan pada sumber daya manusia.

Di aspek bisnis dan portofolio usaha, pengembangan diarahkan mencapai tiga tujuan yakni memposisikan AP II dapat menciptakan Airport Business Ecosystem, menetapkan model bisnis baru, dan secara berkelanjutan mencari peluang bisnis (business pivoting).

AP II menyasar ke Airport Business Ecosystem misalnya masuk ke ritel Food & Beverages, event di bandara, edutainment di bandara, sampai hospitality, healthy, dan learning, serta menciptakan Digital Ecosystem Service misalnya dengan meluncurkan e-payment. 

Sejalan dengan itu, perseroan menerapkan konsep adjacent business untuk menciptakan bisnis baru (new wave business) guna memperluas pasar dari bisnis inti (aeronautika dan nonaeronautika). 

Di saat bersamaan, utilisasi dan optimalisasi aset juga dilakukan. Untuk utilisasi aset misalnya dengan memanfaatkan lahan kosong untuk menciptakan pendapatan baru. Sementara optimalisasi dijalankan misalnya dengan kerja sama pengelolaan hotel di bandara dengan merek yang memiliki jaringan internasional. 

Ekspansi bisnis dan portofolio usaha juga fokus pada percepatan peningkatan fasilitas dan layanan melalui kolaborasi dan kemitraan dengan perusahaan nasional dan multinasional yang telah memiliki nama besar di industri penerbangan global. Melalui pengembangan bisnis dan portofolio usaha ini maka traveler di bandara-bandara AP II dapat merasakan seamless digital journey experience dengan fasilitas kelas dunia.

“Ada beberapa sentimen positif di industri penerbangan dan pariwisata, apalagi sektor penerbangan tengah menjalani periode pemulihan yang sangat cepat saat ini, yakni perubahan status pandemi menjadi endemi dan program bangga berwisata di indonesia (BBWI). Ini menjadi salah satu potensi peningkatan trafik penerbangan dan juga mempengaruhi revenue perusahaan," tambah Awaluddin.