Mulai Tinggalkan Komoditas, Northstar Group Fokus Investasi Sektor Finansial, Konsumer, dan Digital
- Northstar Group akan fokus berinvestasi pada sektor finansial, konsumer, dan digital.
Industri
JAKARTA – Northstar Group akan fokus berinvestasi pada sektor finansial, konsumer, dan digital. Private equity yang berbasis di Singapura ini diketahui telah menginvestasikan lebih dari US$3,3 miliar atau setara Rp47,69 triliun (asumsi kurs Rp14.450 per dolar AS) di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
“Sekarang kita mulai berhenti investasi di komoditas, bukan karena tidak menarik, tetapi juga banyak sektor yang berpotensi. Jadi sekarang kita fokus di sektor financial services, consumer, dan digital,” ujar Co-Founder dan Co-Managing Partner Northstar Group, Patrick Waluyo dalam webinar yang digelar Indonesia Investment Education, dikutip Senin, 30 Agustus 2021.
Ia mengungkapkan, investasi pertama Northstar yakni pada sektor ritel, yakni PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) alias Alfamart. Pada saat itu, kata dia, Alfamart hanya memiliki 600 toko. Namun, saat ini sudah terdapat sekitar 20.000 toko yang tersebar di Indonesia.
- Bambang Brodjonegoro Duduki 6 Kursi Komisaris Usai Lengser dari Menteri
- Melonjak Lebih 4 Kali Lipat Lebih, Aneka Gas Industri Raih Laba Rp94,89 Miliar
- Habiskan Rp128,2 Miliar, Tiga Arena Tambahan untuk PON XX di Papua Selesai Dibangun
Kendati begitu, investasi yang memberikan return paling besar untuk Northstar adalah PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA). Pada tahun 2005 – 2006, Patrick bersama rekannya berhasil mengambilalih proyek yang terbengkalai di Sumatra Selatan dengan nilai proyek US$7 juta.
“Lalu kami berhasil menyelesaikan proyek itu dan kita ekspansi bisnisnya. Jadi ESSA sekarang ini awal mulanya terjadi dari modal itu,” jelasnya.
Northstar juga memiliki portofolio investasi di PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek). Menurut Patrick, investasi di perusahaan raksasa teknologi satu ini merupakan yang paling memuaskan baginya. Sebab, Gojek dinilai mampu memberikan dampak sosial yang luar biasa bagi masyarakat luas.
“Yang paling memuaskan adalah melihat perkembangan Gojek karena itu berawal dari sebuah ide, small business yang didirikan Pak Nadiem lalu kita convert ke apps tanpa ada kemampuan teknis tapi Nadiem dkk berhasil mewujudkannya,” tutur Patrick.
Selain itu, ia juga sempat menyinggung terkait rencana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) GoTo, entitas gabungan Gojek dan Tokopedia. Patrick bilang, pihaknya akan berkomitmen melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Kita sudah komitmen bahwa GoTo akan listing di IDX (Indonesia Stock Exchange) karena ini perusahaan yang besar, dan besar karena Indonesia. Jadi tidak mungkin kita meninggalkan IDX, pasti kita akan fokus disini,” tambahnya.