<p>Deretan mobil yang akan di ekspor di Site PT Indonesia Kendaraan Terminal, Sindang Laut, Kali Baru, Cilincing, Jakarta Utara. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Multifinance Berburu Berkah Diskon PPnBM demi Dongrak Kinerja Kredit Mobil

  • Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) mobil baru hingga 100% diharapkan mengungkit pertumbuhan ekonomi hingga kinerja perusahaan pembiayaan alias multifinance, mampukah?

Industri

Muhamad Arfan Septiawan

JAKARTA - Pandemi COVID-19 membuat masyarakat menengah ke atas enggan melakukan konsumsi. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pun putar otak agar ‘orang kaya’ bisa getol konsumsi sekaligus menggerakan kembali perekonomian. 

Dua sektor pun dipilih Sri Mulyani untuk memantik kembali perekonomian, properti dan otomotif. Sri Mulyani mengguyur sektor properti melalui diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk memacu pertumbuhan pembiayaan perumahan. Alasan lainnya, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebut sektor properti bisa menggerakan hingga 174 sektor turunan lain. 

Jurus lain yang dilakukan Ani, sapaan akrab Sri Mulyani, ialah mendorong masyarakat membeli kendaraan baru melalui insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) mobil baru hingga 100%.

Insentif ini meliputi PPnBM Ditanggung Pemerintah (DTP) dari Maret hingga Desember 2021. Tidak hanya otomotif, industri multifinance pun ikut kegirangan dengan hadirnya diskon PPnBM ini. 

Direktur Utama (Dirut) PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) Harjanto Harjanto Tjitohardjojo mengatakan intervensi kebijakan tersebut berimplikasi positif terhadap perbaikan kinerja perseroan. Hingga Juli 2021, pembiayaan mobil di CFIN ngacir 37,2% year on year (yoy). 

“Efek kebijakan perpanjangan diskon PPnBM sampai dengan Desember 2021 sangat baik, kami menyambut hal tersebut dengan positif. Kami proyeksikan pembiayaan di Clipan sendiri akan meningkat 25-26 persen akhir 2021,” ungkap Harjanto saat berbincang dengan wartawan TrenAsia.com, Selasa, 5 Oktober 2021.

Pangkas Bunga

Menkeu Sri Mulyani mendorong masyarakat membeli kendaraan baru melalui insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) mobil baru hingga 100%. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Tidak ingin kehilangan momentum, perusahaan multifinance pun coba memaksimalkan bauran kebijakan dengan strategi penurunan suku bunga. Harjanto bilang, sejak Agustus 2021 Clipan Finance telah memangkas suku bunga kredit menjadi 2,5% untuk tenor tiga tahun. 

Clipan Finance membidik outstanding pembiayaan mobil baru dan bekas pada tahun ini menyentuh setidaknya Rp7 triliun serta pembiayaan baru sebesar Rp3,5 triliun.  Emiten terafiliasi dengan Pan Group itu pun merogoh kocek tambahan untuk mengantisipasi gelaran GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIAAS) November mendatang

“Kemarin kami telah mengeluarkan Paket KPM (Kredit Pemilikan mobil) Panin dengan bunga yang istimewa. Saat ini kami sedang menyiapkan program untuk bulan November sampai dengan Desember, momentum juga dengan adanya Pameran Mobil GIIAS 11-21 November 2021,” ungkap Harjanto. 

Aksi korporasi lain yang ditempuh CFIN pada tahun ini ialah belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp20 miliar. Hingga Agustus 2021, realisasi Capex CFIN telah mencapai Rp7,6 miliar.

“Tahun 2022 sedang kami susun di corporate planning dan biaya investasi IT tetap dibutuhkan karena untuk pengembangan bisnis dan penambahan produk baru,”  katanya.

Pemulihan ekonomi yang semakin terasa membuat CFIN berencana terus menambah biaya capex sebesar 10% pada 2022. Sadar masih pandemi, Harjanto menyebut upaya ekspansi bisnis ini juga dibarengi dengan peningkatan pencadangan.

Profil risiko yang tampak dari non performing financing (NPF) CFIN per Agustus 2021 berada di angka 1,7% . Dalam menjaga NPF, Clipan Finance memiliki empat langkah.

Pertama, pembiayaan pelanggan baru lebih ketat verifikasi. Kedua, menaikan biaya pencadangan. Ketiga, pembiayaan fokus di industri-industri yang masih kuat dan sehat. Terakhir, memperpanjang restrukturisasi jika customer layak memenuhi kriteria yang ditetapkan perseroan.

Meski dibayangi ketidakpastian ekonomi akibat pandemi, perusahaan multifinance sudah berani untuk melangkah lebih jauh tahun ini. Ambil contoh, PT BCA Finance yang membidik target pembiayaan hingga Rp23 triliun pada tahun ini.

Direktur Utama PT BCA Finance Roni Haslim mengatakan. daya beli masyarakat yang semakin terungkit ditambah perbaikan penanganan COVID-19 membuat calon nasabah semakin tidak ragu melakukan kredit baru.

“PPnBM ini akan sangat bagus bagi sektor pembiayaan mobil baru, penjualannya akan meningkat,” kata Roni kepada TrenAsia.com, Selasa, 5 Oktober 2021.

Serupa dengan CFIN, BCA Finance juga melakukan strategi penurunan suku bunga kredit. Roni menuturkan BCA Finance berencana menurunkan suku bunga mulai Oktober 2021 ini untuk memaksimalkan momentum diskon PPnBM.

Suku bunga kredit di BCA Finance untuk tenor 3 tahun dipangkas dari 3,55% menjadi 2,99%. Suku bunga tenor 1 tahun dipatok 2,77%, 3,33% untuk tenor 2 tahun, dan 3,77% untuk tenor 4 tahun.

Sementara penyaluran pembiayaan di BCA Finance hingga Agustus 2021 telah menyentuh Rp15,4 triliun atau tumbuh 50,6% year on year (yoy). Target tinggi juga turut dipasang oleh PT CIMB Niaga Auto Finance.

Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance Ristiawan Suherman mengatakan pembiayaan di perseroan setidaknya bisa melampaui Rp4 triliun. Dengan kencangnya realisasi di paruh pertama tahun ini, Aris, sapaan akrab Ristiawan, optimistis pembiayaan bisa mencapai target. 

Hingga semester I-2021, realisasi pembiayaan CNAF telah menyentuh Rp2,2 triliun berkat dorongan permintaan kredit jenis-jenis mobil yang mendapatkan subsidi PPnBM. Hal ini berdampak terhadap kenaikan total piutang pembiayaan atau aset kelolaan sebesar 17% yoy.

“Pertumbuhan sekaligus dukungan pemerintah melalui stimulus PPnBM.  Saat ini, masyarakat membeli kendaraan untuk menghindari kerumunan di tempat umum dan mengurangi pemakaian alat transportasi massal untuk memperkecil resiko penyebaran,” kata Aris saat dihubungi terpisah.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merekam penjualan mobil baru menjadi variabel utama yang mendongkrak pemulihan industri pembiayaan. Berdasarkan data OJK per Juli 2021, mobil baru merupakan penyumbang terbesar outstanding di industri multifinance dengan nilai mencapai Rp108,81 triliun. Walau begitu, pembiayaan mobil baru sebetulnya masih terkoreksi 3,03% year to date (ytd).

Lalu, berselisih tipis, mobil bekas terkoreksi 2,9% ytd dengan outstanding Rp55,6 triliun. Di sisi lain, pembiayaan motor bekas justru jadi satu-satunya segmen yang tumbuh positif 7,19% ytd dengan outstanding Rp17,77 triliun. Adapun pembiayaan mobil baru masih turun 1,81% ytd dengan outstanding Rp63,5 triliun.

Sementara, total piutang pembiayaan industri sendiri mencapai Rp 384,61 triliun, tercatat menurun 2,36% year to date (ytd) atau merosot 9,25% secara yoy. 

Perlu Terobosan?

Pembaiayaan CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) ditargetkan melampaui Rp4 triliun. / Dok. Perseroan

Moncernya pembiayaan akibat diskon PPnBM masih dipertanyakan efek jangka panjangnya. Pengamat Otomotif Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus menyebut kilau diskon PPnBM bakal sirna karena harga sekarang akan menjadi normal baru di masyarakat.

“Dengan diperpanjangnya diskon PPnBM ini berkali-kali, maka WOW faktor dari harga beli yang menjadi tambah murah itu sudah semakin turun dan menjadi patokan harga normal yang baru pada mindset masyarakat,” jelas Yannes saat dihubungi pada kesempatan berbeda.

Tidak hanya itu, efektivitas diskon PPnBM harus dijaga dengan menjaga angka pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Efek diskon ini, kata Yannes, bisa terasa bila pertumbuhan ekonomi melebihi 5,6% year on year (yoy). 

Dengan berkaca pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021, Yannes menyebut insentif ini cukup memberi dampak besar terhadap pemulihan industri otomotif.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan sebagai gambaran kepercayaan masyarakat untuk melakukan konsumsi. Dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), tambah Yannes, masyarakat diasumsikan semakin merasa ketidakpastian ekonomi berkurang.

Kendati secara pembiayaan masih terkoreksi, industri otomotif rupanya sudah menggeliat di tahun ini. Hal ini tercermin dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang menyebut penjualan mobil baru dan sepeda motor baru pada semester I-2021 ini mengalami kenaikan 33,5% yoy dan 23% yoy. 

Rinciannya, sebanyak 338.000 unit mobil baru dan 2,4 juta unit sepeda motor baru terjual sepanjang semester I-2021.

“Gaikindo juga sudah memakai angka tersebut (Pertumbuhan ekonomi) sebagai dasar perhitungan ideal untuk pertumbuhan konsumsi masyarakat secara nasional,” papar Yannes.

Maka dari itu, Yannes menyebut penting bagi pemerintah untuk menjaga mobilitas masyarakat meningkat agar aktivitas ekonomi semakin ramai. Tentu saja, Yannes mendorong peningkatan mobilitas ini diikuti dengan protokol kesehatan dan angka vaksinasi COVID-19 yang progresif.

“Intinya, pemerintah perlu membuka semua pembatasan mobilitas manusia. Karena kunci pertumbuhan ekonomi terletak pada tinggi dan lancarnya mobilitas manusia sebagai subjek dan motor utama pertumbuhan ekonomi itu sendiri,” tegas Yannes.