ruam.jpg
Gaya Hidup

Muncul Ruam di Jari Kaki Pasca-COVID-19? Ini Penyebabnya

  • Sebuah studi baru menyebut ruam itu mungkin merupakan tanda dari respons kekebalan yang tidak terkendali di mana tubuh menyerang jaringannya sendiri.

Gaya Hidup

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Banyak kasus ditemukan adanya ruam seperti radang yang muncul di jari kaki seseorang setelah mereka terkena COVID-19. Sebuah studi baru menyebut ruam itu  mungkin merupakan tanda dari respons kekebalan yang tidak terkendali di mana tubuh menyerang jaringannya sendiri.

Kasus ruam di jari kaki kaki pasca-COVID mulai muncul pada hari-hari awal pandemi dan kemudian dikenal sebagai 'COVID toes'. Saat itu para ilmuwan memiliki beberapa perkiraan mengapa kondisi tersebut terwujud. Misalnya, beberapa ahli kulit menyebut luka dan benjolan pada kulit yang dikenal sebagai pernio atau chilblains itu disebabkan oleh peradangan. Sementara yang lain menduga itu mungkin hasil dari gumpalan darah kecil di jari kaki.

Penyakit virus lainnya seperti campak, dapat menyebabkan ruam kulit, jadi tidak mengherankan jika COVID-19 juga bisa. Tetapi sekarang, hasil penelitian baru yang diterbitkan di British Journal of Dermatology 5 Oktober 2021 mengisyaratkan mengapa warna ungu kemerahan muncul di jari kaki dan terkadang di jari tangan.

Untuk studi baru, tim merekrut 50 pasien yang dirujuk ke departemen dermatologi Rumah Sakit Saint-Louis di Paris. Semua pasien pernah dirawat karena positif COVID-19 dan mengalami ruam di jari kaki setelahnya.

Para peneliti sebagaimana dilaporkan LiveScience Jumat  8 Oktober 2021 menemukan sebagian besar peserta studi mereka memiliki autoantibodi tingkat tinggi, protein yang dihasilkan oleh sistem kekebalan yang secara tidak sengaja menyerang jaringan tubuh sendiri. Mereka juga menemukan bukti bahwa dibandingkan dengan individu sehat, para peserta menunjukkan aktivitas protein merajalela yang disebut interferon tipe 1.  Hal ini mengaktifkan gen pelawan patogen dalam sel kekebalan. Meski interferon membantu melawan virus, namun dalam prosesnya juga merusak sel manusia.

Para peserta penelitian juga menunjukkan tanda-tanda bahwa lapisan pembuluh darah mereka telah rusak yang mungkin juga berkontribusi pada munculnya ruam di jari kaki mereka.

Temuan ini sejalan dengan penelitian kecil yang diterbitkan pada tahun 2020 di jurnal Dermatopathology yang dilaporkan  The New York Times. Penelitian ini hanya melibatkan tiga pasien, tetapi mengisyaratkan bahwa ketiganya mengalami ruam pada jari kaki karena respons imun kuat yang digerakkan oleh interferon. Para penulis penelitian menyebut respons kekebalan yang berapi-api ini mungkin membantu menangkal virus corona, tetapi mungkin juga menyebabkan ruam yang berkepanjangan.

Pada saat penelitian, hampir 60% pasien menunjukkan gejala yang konsisten dengan COVID-19 ringan, seperti kehilangan penciuman atau batuk, tetapi semuanya negatif virus pada tes PCR. Secara umum jari kaki COVID biasanya muncul satu hingga empat minggu setelah seseorang tertular SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19. Dan ruam terkadang bisa bertahan selama berbulan-bulan. 

Jadi, tidak mengherankan jika seseorang akan dites negatif COVID-19 meskipun memiliki ruam terkait COVID di kaki mereka, mengingat ruam mungkin muncul setelah virus dibersihkan dari sistem mereka.

Ahli penyakit kaki Dr. Ivan Bristow mengatakan kepada The Guardian bahwa, bagi kebanyakan orang, jari kaki COVID akhirnya sembuh dengan sendirinya, tanpa perlu obat.