Ilustrasi pengamatan IHSG. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Pasar Modal

Muncul Sentimen Sell in May & Go Away, Seberapa Besar Pengaruhnya Terhadap IHSG?

  • Founder WH Project William Hartono mengatakan, kondisi Sell in May & Go Away ini dapat memicu aksi jual yang lebih besar sehingga berpotensi untuk memberikan tekanan pada IHSG.

Pasar Modal

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Memasuki bulan Mei, biasanya pelaku pasar akan mengasumsikan adanya fenomena tahunan di pasar modal, yakni "Sell in May & Go Away". Lantas, seberapa besar pengaruh sentimen ini terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?

Founder WH Project William Hartono mengatakan, kondisi Sell in May & Go Away ini dapat memicu aksi jual yang lebih besar sehingga berpotensi untuk memberikan tekanan pada IHSG.

Ditambah lagi, IHSG juga berpotensi melemah karena adanya efek dari ex date dividend karena banyaknya emiten yang baru saja membagikan dividen untuk tahun buku 2022.

"Sebagian emiten yang membagikan dividen dan sudah jatuh pada ex date umumnya mengalami pelemahan, jika pelemahan ini terjadi pada emiten dengan market cap yang besar, maka bobotnya terhadap IHSG pun besar," ujar William dikutip dari riset harian, Selasa, 2 Mei 2023.

William pun mengatakan, walaupun ada isu Sell in May dan efek ex date dividend, pelemahan IHSG yang mungkin terjadi ini lebih seperti koreksi sehat.

"Arah menurun, namun tidak merupakan kondisi yang di luar dari kebiasaan IHSG saat mengalami aksi profit taking," tambah William.

Sebagai informasi, pepatah Sell in May & Go Away ini berasal dari para pedagang, bangsawan, dan bankir di kota London pada dahulu kala.

Pepatah itu sendiri merujuk kepada kebiasaan mereka yang kerap meninggalkan kota selama berbulan-bulan sepanjang musim panas untuk kemudian kembali pada pertengahan September untuk menonton gelaran pacuan kud St. Leger's Day di arena balap Doncaster, South Yorkshire.

Kebiasaan yang diterapkan sejak zaman dahulu itu pun rupanya ditemukan pula di Amerika Serikat (AS) pada zaman modern, yang mana para investor dan trader di negeri Paman Sam cenderung memilih menghabiskan waktu pada rentang Mei-Oktober untuk berlibur musim panas.

Kebiasaan para pelaku pasar tersebut pada gilirannya memberikan dampak pada kinerja pasar modal di AS selama lebih dari setengah abad.

Akibat pepatah tersebut, sekarang ini banyak investor saham yang terbiasa melakukan profit taking ketika memasuki bulan Mei untuk kemudian dialihkan kepada instrumen investasi lain seperti obligasi atau reksa dana untuk menghindari penurunan nilai investasi.

Melihat Pengaruh Sell in May & Go Away terhadap IHSG Melalui Kinerja Historis

Seperti yang dikatakan oleh Founder WH Project William Hartono dalam risetnya, fenomena Sell in May & Go Away dapat berdampak juga kepada IHSG.

Akan tetapi, investor juga bisa mencermati kinerja IHSG Mei-Oktober dari tahun ke tahun untuk melihat seberapa besar dampak Sell in May & Go Away terhadap pasar modal dalam negeri.

Berikut ini pergerakan IHSG pada rentang Mei-Oktober dalam 20 tahun terakhir:

Mei-Oktober 2003: +38,74%
Mei-Oktober 2004: +9,84%
Mei-Oktober 2005: +3,56%
Mei-Oktober 2006: +8,07%
Mei-Oktober 2007: +32,23%
Mei-Oktober 2008: -45,47%
Mei-Oktober 2009: +37,44%
Mei-Oktober 2010: +22,35&
Mei-Oktober 2011: -0,75%
Mei-Oktober 2012: +4,06%
Mei-Oktober 2013: -10,4%
Mei-Oktober 2014: +5,15%
Mei-Oktober 2015: -12,41%
Mei-Oktober 2016: +12,07%
Mei-Oktober 2017: +5,64%
Mei-Oktober 2018: -2,72%
Mei-Oktober 2019: -3,52%
Mei-Oktober 2020: +8,73%
Mei-Oktober 2021: +0,93%
Mei-Oktober 2022: -1,7%

Meninjau catatan di atas, dapat dikatakan bahwa dalam kurun 20 tahun terakhir, hanya tujuh kali saja IHSG mengalami kinerja buruk pada periode Mei-Oktober.

Sementara itu, IHSG justru menguat pada periode Mei-Oktober sebanyak 13 kali dengan penguatan paling tinggi terjadi pada tahun 2009, yakni sebesar 37,44%.

Pada tahun 2008, IHSG pada Mei-Oktober anjlok karena mengikuti krisis ekonomi global yang terjadi.

Jika melihat kinerja historis IHSG periode Mei-Oktober dari tahun ke tahun, dapat diasumsikan bahwa fenomena Sell in May & Go Away tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap kinerja pasar modal dalam negeri.