Musim Dingin Hampir Tiba, Jerman Hentikan Beli Minyak dan Batu Bara dari Rusia
- Hal ini tentu saja bukanlah hal mudah bagi Jerman. Sebab selama ini 40% batu bara dan minyak bumi di negara tersebut dipasok oleh Rusia
Dunia
BERLIN- Jerman dikabarkan akan berhenti membeli pembelian batu bara dan minyak Rusia tahun ini.
Hal ini diungkapkan wakil menteri keuangan Jerman, Joerg Kukies pada Forum Energi Sydney yang diselenggarakan Rabu, 13 Juli 2022.
Adapun rencana penghentian pembelian batu bara akan dilakukan per 1 Agustus 2022. Sedangkan penghentian pembelian minyak akan dilaksanakan per 31 Desember 2022.
"Kami akan keluar dari batu bara Rusia dalam beberapa minggu," ujar Kukies seperti dikutip TrenAsia.com dari Reuters Kamis, 14 Juli 2022.
Hal ini tentu saja bukanlah hal mudah bagi Jerman. Sebab selama ini 40% batu bara dan minyak bumi di negara tersebut dipasok oleh Rusia.
"Siapa pun yang mengetahui sejarah pipa Druzhba, yang sudah menjadi alat kekaisaran Soviet di Eropa timur, melepaskan diri dari ketergantungan itu bukanlah masalah sepele, tetapi itu adalah salah satu yang akan kita capai dalam beberapa bulan," tambah Kukies
- Jatuh ke Kawah Gunung Berapi, Pemuda Malah akan Dituntut Secara Hukum
- Kementerian ESDM Temukan 2.700 Tambang Ilegal, Terbanyak di Sumatera Selatan
- Aset Kripto Big Cap Naik Tipis-tipis Diterpa Sentimen Inflasi AS
Meski sejumlah negara Eropa bisa bebas dari ketergantungan batu bara dan minyak bumi dari Rusia, namun persoalan pasokan gas bumi masih belum menemui titik terang.
Meski begitu, sejumlah petinggi Uni Eropa percaya penghentian ketergantungan pada Rusia bisa terjadi secara permanen.
Beberapa negara telah mengisyaratkan bahwa mereka bersedia beralih ke batu bara sebagai rencana darurat dan bahkan mungkin mempertimbangkan penjatahan, jika memang Rusia menutup keran gas untuk selamanya.
Pasar energi Eropa dan AS tampak kacau sejak sanksi dan boikot terhadap minyak Rusia menyusul perangnya dengan Ukraina menekan pasokan global. Ini memaksa negara-negara Barat untuk menyusun rencana agar tidak terlalu bergantung pada Rusia untuk energi dan pada saat yang sama memukul keuangan Moskow.
Menurut lembaga pemikir Breugel yang berbasis di Belgia, Uni Eropa saat ini telah mengurangi porsi energinya dari Rusia dari sekitar 40% sebelum perang menjadi 20%.
Sementara Uni Eropa berjuang dengan melonjaknya harga energi, inflasi dan risiko resesi. Di sisiain, Rusia telah berhasil mendapatkan keuntungan besar meskipun negara eropa ramai-ramai berhenti membeli pasokan energinya. Sebab, Rusia malah mendapatkan pelanggan baru dan meraup untung dari penjualan bahan bakarnya ke negara-negara seperti China dan India.