Musim Kemarau Kering Picu Penyebaran Polusi Udara
- Situasi saat ini, di mana musim kemarau telah berlangsung cukup lama tanpa hujan, membuat gas-gas berbahaya tersebut tetap bertahan di atmosfer dan berkontribusi pada peningkatan pencemaran udara
Nasional
YOGYAKARTA- Pengamat Iklim dan Lingkungan dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Emilya Nurjani memberikan penjelasan mengenai dampak cuaca pada tingkat pencemaran udara selama musim kemarau. Menurutnya, cuaca kering dan angin lemah dapat memengaruhi kualitas udara yang semakin memburuk dalam beberapa waktu terakhir.
Emilya menjelaskan bahwa pada kondisi cuaca hujan, gas hasil pembakaran cenderung larut dalam air hujan dan turun ke permukaan tanah, membersihkan udara dari partikel berbahaya. “Karena jika ada hujan maka gas hasil pembakaran akan larut dengan air dan diturunkan ke permukaan sehingga udara kembali bersih”, ujar Emilya dilansir ugm.ac.id, Jumat, 11 Agustus 2023.
Situasi saat ini, di mana musim kemarau telah berlangsung cukup lama tanpa hujan, membuat gas-gas berbahaya tersebut tetap bertahan di atmosfer dan berkontribusi pada peningkatan pencemaran udara.Namun, ia juga menegaskan bahwa cuaca bukan satu-satunya faktor penyebab pencemaran udara. Aktivitas manusia seperti transportasi dan industri juga berperan penting dalam masalah ini. Meskipun cuaca memiliki pengaruh, polusi dari aktivitas manusia tetap menjadi penyebab signifikan pencemaran udara.
- Kemenkes: Pencabutan Mandatory Spending Tidak Terkait BPJS Kesehatan
- INFO BMKG: Gempa Guncang Dobo di Laut 74 Km Barat Laut 5.5 Magnitudo
- Jadi Tuan Rumah WWF, Indonesia Dorong Langkah Konkret Pengelolaan Air
Dr. Emilya juga menyoroti pentingnya pemantauan kualitas udara melalui Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). ISPU digunakan untuk mengukur tingkat pencemaran udara dan mencerminkan dampaknya terhadap kesehatan manusia, lingkungan, dan makhluk hidup lainnya. Dia menjelaskan bahwa parameter PM2.5, yang baru-baru ini ditambahkan dalam perhitungan ISPU, sangat penting untuk dipantau karena dapat memiliki dampak serius pada kesehatan manusia.
Untuk Wilayah Yogyakarta, hasil pemantauan ISPU menunjukkan bahwa kualitas udara masih berada dalam kategori sedang. Meskipun demikian, Solusi jangka panjang untuk mengatasi pencemaran udara melibatkan perubahan gaya hidup. Menggunakan transportasi umum, menghindari pembakaran sampah, serta menanam pohon di sekitar lingkungan dapat membantu memperbaiki kualitas udara dan memberikan manfaat bagi kesehatan dan lingkungan secara keseluruhan.