azerbaijan.jpg
Dunia

Nagorno Karabakh Membara, Azerbaijan-Armenia di Ambang Perang Ketiga

  • Operasi digelar untuk memastikan pasukan Armenia menarik diri dari wilayah kedaulatan Azerbaijan.

Dunia

Amirudin Zuhri

BAKU-Setelah ketegangan berbulan-bulan,  Azerbaijan pada Selasa 19 September secara resmi mengumumkan operasi militer di wilayah Karabakh. Operasi ini digelar  hampir tiga tahun setelah berperang singkat namun brutal dengan Armenia terkait wilayah pegunungan tersebut.

Kementerian Pertahanan Azerbaijan  mengumumkan apa yang mereka sebut sebagai operasi anti-terorisme. Operasi digelar untuk memastikan pasukan Armenia menarik diri dari wilayah kedaulatan Azerbaijan. 

Kementerian Luar Negeri Azerbaijan dalam pernyataan terpisah menekankan rezim separatis di Karabakh harus dibubarkan. “Dan  satu-satunya cara untuk perdamaian di wilayah tersebut adalah penarikan total pasukan Armenia,” kata kementerian itu.

Azerbaijan juga mengatakan lebih dari 10.000 angkatan bersenjata Armenia masih berada di wilayah tersebut. Pasukan  tersebut memiliki lebih dari 100 tank dan kendaraan lapis baja lainnya. Selain itu juga  lebih dari 200 artileri berat termasuk beberapa peluncur roket, puluhan  peralatan perang radio-elektronik, serta lebih dari dua ratus mortir.

Pengumuman Azerbaijan muncul hanya beberapa jam setelah mereka mengatakan empat petugas polisi dan dua warga sipil tewas dalam ledakan ranjau di Karabakh. Pihak berwenang menyalahkan kelompok separatis. 

Pihak berwenang Karabakh melaporkan adanya tembakan roket dan artileri di sepanjang garis depan di sekitar daerah kantong pegunungan.   Suara artileri dan tembakan juga terdengar  dari ibu kota wilayah Karabakh, Khankendi. Atau  yang disebut sebagai Stepanakert oleh orang Armenia. Diperkirakan 120.000 etnis Armenia tinggal di daerah pegunungan tersebut.

Sejumlah video menunjukkan bangunan rusak karena serangan. Juga terlihat sebuah sistem peluncuran ganda TOR  dan sistem peperangan elektronik milik militer Armenia dihancurkan. Azerbaijan bersikeras  mereka tidak menargetkan warga sipil atau fasilitas sipil. Sebaliknya mengatakan hanya target militer yang sah yang dilumpuhkan dengan  senjata presisi tinggi.

Para pejabat pertahanan di wilayah yang memisahkan diri tersebut mengatakan, militer Azerbaijan telah melanggar gencatan senjata di sepanjang garis kontak.  Sedangkan perwakilan Karabakh lainnya berbicara tentang serangan militer skala besar. 

Musuh Lama

Kedua negara tetangga, Azerbaijan dan Armenia, telah berperang dua kali terkait Nagorno-Karabakh.  Perang pertama terjadi setelah pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991. Saat itu  Armenia melancarkan kampanye militer besar-besaran melawan Azerbaijan. Ini mengakibatkan perang terpanjang dan paling mematikan di wilayah Kaukasus Selatan.

Perang berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1994. Dan  Armenia menduduki 20 persen wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional. Pihak Azerbaijan mengklaim pendudukan ini menyebabkan kematian lebih dari 30.000 warga Azerbaijan dan pengusiran satu juta lainnya dalam kampanye pembersihan etnis  yang dilakukan oleh Armenia.

Perang kedua pecah pada tanggal 27 September 2020.  Dalam perang yang berlangsung selama 44 hari, pasukan Azerbaijan membebaskan lebih dari 300 pemukiman yang secara efektif mengakhiri pendudukan  Armenia selama hampir 30 tahun. 

Perang diakhiri dengan pernyataan tripartit yang ditandatangani oleh Armenia, Azerbaijan, dan Rusia pada 10 November 2020. Berdasarkan pernyataan tersebut, Armenia juga mengembalikan distrik Aghdam, Kalbajar, dan Lachin  ke Azerbaijan. Namun bagian lain wilayah tersebut, termasuk kota utama Stepanakert masih berada di bawah kendali separatis Armenia.

Sejak Desember 2022 Azerbaijan telah melakukan blokade  terhadap satu-satunya rute menuju wilayah kantong dari Armenia. Jalur yang  dikenal sebagai Koridor Lachin. Hal ini kembali meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.

Kementerian luar negeri Rusia pada Selasa mengatakan pihaknya telah diperingatkan mengenai serangan Azerbaijan hanya beberapa menit sebelumnya. Moskow  juga mendesak kedua negara untuk menghormati gencatan senjata yang ditandatangani setelah perang pada tahun 2020.  Sementara perwakilan khusus regional Uni Eropa  Toivo Klaar, mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk gencatan senjata segera.

Gencatan senjata yang rapuh yang diawasi oleh sekitar 3.000 pasukan penjaga perdamaian Rusia. Dan  kini situasinya semakin tertekan. Ini karena perhatian Moskow teralihkan oleh invasi besar-besaran ke Ukraina. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan baru-baru ini mengatakan Rusia secara spontan meninggalkan wilayah tersebut. 

Dikatakan juga bahwa Menteri Pertahanan Azerbaijan Zakir Hasanov telah memberi tahu Menteri Pertahanan Turki Yaşar Güler melalui telepon tentang operasi di Karabakh. Mereka mengklaim Turkiye mendukung langkah Azerbaijan.