Jajaran direksi PT Bank OCBC NISP Tbk dalam paparan publik hasil RUPST 2022, Selasa, 11 April 2023.
Korporasi

Naik 157 Persen, OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,3 Triliun untuk Tahun Buku 2022

  • Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja menyampaikan, RUPST perseroan menyetujui penggunaan 40% laba bersih konsolidasi tahun buku 2022 untuk dibagikan sebagai dividen tunai dengan nilai Rp58 perlembar saham.

Korporasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT Bank OCBC NISP Tbk menetapkan pembagian dividen senilai Rp1,3 triliun untuk tahun buku 2022 yang mana angkanya naik 157% dari periode sebelumnya.

Keputusan pembagian dividen tersebut ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) NISP yang digelar Selasa, 11 April 2023.

"40% dari laba bersih konsolidasi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau sebesar Rp1,33 triliun atau Rp58 perlembar saham ditetapkan sebagai dividen tunai," ujar Parwati dalam public expose yang diselenggarakan di OCBC NISP Tower, Jakarta, Selasa, 11 April 2023.

Pada tahun buku 2021, 8OCBC NISP membagikan dividen senilai Rp504,8 miliar dengan rasio pembayaran 20% dari laba bersih.

Pada tahun buku tersebut, OCBC NISP meraup laba bersih sebesar Rp2,5 triliun dengan kenaikan 19,9% dibanding tahun sebelumnya.

Sementara itu, pada tahun buku 2022, perseroan membukukan laba bersih senilai Rp3,3 triliun dengan kenaikan 32% dibanding 2021.

Selain dibagikan sebagai dividen, Rp100 juta dari laba bersih yang tercatat itu disisihkan untuk cadangan umum sementara sisanya ditetapkan sebagai laba ditahan.

Untuk diketahui, tumbuhnya laba bersih OCBC NISP pada tahun 2022 didukung oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 14% dari Rp7,64 triliun pada 2021 menjadi Rp8,74 triliun pada 2022.

Dana pihak ketiga (DPK) perseroan pada akhir tahun 2022 tercatat sebesar Rp176 triliun,yang mana angkanya naik 4,8% dari Rp168,1 triliun ke Rp176,1 triliun sementara rasio dana murah (current account saving account/CASA) naik dari 50,6% menjadi 54,6%.

Penyaluran kredit OCBC NISP meningkat 13,9% dari Rp120,8 triliun menjadi Rp137,6 triliun, namun rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) tetap stabil di level 2,4%.

Kenaikan penyaluran kredit itu ditopang oleh distribusi di segmen business banking yang tumbuh 13% dan retail banking yang tumbuh 16%.

Rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) kredit terhadap NPL menurun, namun tetap terjaga pada level di atas 200%, yakni sebesar 224%. Pada tahun sebelumnya, rasio CKPN terhadap NPL berada di level 265%.