Naik Lagi, Defisit APBN Tembus Rp452 Triliun per September 2021
- APBN pada September 2021 mengalami defisit sebesar Rp452 triliun.
Industri
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada September 2021 mengalami defisit sebesar Rp452 triliun. Defisit APBN terus meningkat dari Agustus sebesar Rp383,2 triliun.
Kendati demikian, defisit APBN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menurun 33,37% menjadi 2,74% tahun ini dibandingkan dari tahun lalu sebesar 4,42% atau sekitar Rp681,4 triliun.
"Ini menggambarkan konsolidasi fiskal berjalan dan juga secara tidak langsung pemulihan ekonomi sudah sesuai dengan yang terus kita harapkan," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN, Senin, 25 Oktober 2021.
- Adaptasi Kebiasaan WFH, Triniti Land Luncurkan Hunian Berkonsep Kreatif di Serpong
- Tolak Opsi Pailit, Serikat Pekerja Garuda Indonesia Kirim Proposal ke Jokowi
- Pimpin Pasar Mobil Mewah, Mercedes-Benz Masuk 10 Brand Terbaik Dunia 2021
Dia mengatakan, defisit APBN terjadi karena penerimaan negara pada September mencapai Rp1.354,8 triliun. Sedangkan realisasi belanja negara mencapai Rp1.806,8 triliun.
Penerimaan negara meningkat 16,8% secara tahunan (year on year/yoy). Penerimaan dari sektor pajak menyumbang Rp850,1 triliun dan pendapatan bea cukai sebesar Rp182,9 triliun. Sementara itu, pendapatan negara bukan pajak tercatat sebesar Rp 320,8 triliun.
"Kita berharap akselerasi dari kegiatan ekonomi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk penerimaan kita baik dari pajak, bea dan cukai maupun penerimaan negara bukan pajak," kata Sri Mulyani.
Sementara, realisasi belanja negara masih macet dan mengalami penurunan 1,9% yoy menjadi Rp1.806,8 triliun dibandingkan Rp1.841,3 triliun tahun lalu.
Penurunan terjadi karena realisasi dana Transfer ke Daerah dan Desa (TKDD) yang macet dimana mengalami penyusutan14% menjadi Rp541,5 triliun dibandingkan tahun Rp629,7 triliun.
Sementara belanja pegawai pemerintah tercatat sebesar Rp1.265,3 triliun, meningkat tipis4,4% dari tahun lalu Rp1.211,6 triliun.
Sementara itu, pembiayaan anggaran menurun 20,7% menjadi Rp621,9 triliun dari tahun lalu sebesar Rp784,6 triliun.
Pembiayaan tersebut terdiri dari pembayaran utang negara senilai Rp647,2 triliun; pembiayaan investasi Rp75,2 triliun dan pemberian pinjaman Rp3,1 triliun serta pembiayaan lainnya Rp46,7 triliun.
"Pasar keuangan domestik yang kondusif dan kuatnya fundamental Indonesia berdampak positif ke pasar perdana SBN, serta mendukung kinerja lelang SBN yang terus terjaga baik," ungkap Sri Mulyani.
Dia melanjutkan, dana SILPA masih tercatat sebesar Rp169,9 triliun, lebih kecil dari tahun lalu sebesar Rp103,2 triliun dan juga bulan Agustus yang sebesar Rp145,7 triliun.
Sementara untuk keseimbangan primer juga ikut menyusut 55,6% menjadi Rp198,3 triliun dari tahun lalu Rp446,5 triliun.
"Karena seluruh penerimaan negara kita rebound dan recovery cukup bagus ini merupakan tren konsolidasi yang sangat baik dan akan coba terus jaga meskipun kondisi akan terus dinamis," katanya.