Naik Tipis, Porsi Pendapatan Fee Based Perbankan Capai 5,54 Persen di Kuartal I-2022
- Secara umum, pendapatan operasional perbankan per kuartal I-2022 masih didominasi oleh pendapatan yang bersumber dari pendapatan operasional bunga kredit atau net interest income/NII. Hal ini tercermin dari pangsa pendapatan operasional bunga kredit yang mencapai sebesar 40% atau sebesar Rp504 triliun.
Industri
JAKARTA -Bank Indonesia mencatat porsi pendapatan berbasis komisi perbankan atau fee based income/ FBI sebesar Rp70 triliun atau 5,54% dari total pendapatan operasional perbankan pada 31 Maret 2022 yang sebesar Rp1. kuadriliun.
Posisi tersebut naik tipis dibanding tahun lalu yang sebesar Rp64 triliun atau 4,6% dari total pendapatan operasional perbankan sebesar Rp1,3 kuadriliun per 31 Maret 2021.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan dengan masih relatif kecilnya pangsa fee based income tersebut, perbankan masih memiliki ruang untuk meningkatkan sumber pendapatan operasionalnya.
"Bank Indonesia memandang ruang perbankan dalam meningkatkan sumber pendapatan operasional terutama dari fee based income masih tinggi," kata dia dalam konferensi pers virtual, Selasa, 19 April 2022.
- Pembiayaan Green Financing BNI Capai Rp6,1 Triliun di Kuartal I-2022
- OJK Blokir 105 Fintech Lending Ilegal di Bulan Maret 2022, Berikut Daftarnya
- Kontributor Terbesar Pendapatan Adi Sarana (ASSA), AnterAja Targetkan Layani 1,5 Juta Parsel per Hari
Secara umum, pendapatan operasional perbankan per kuartal I-2022 masih didominasi oleh pendapatan yang bersumber dari pendapatan operasional bunga kredit atau net interest income/NII. Hal ini tercermin dari pangsa pendapatan operasional bunga kredit yang mencapai sebesar 40% atau sebesar Rp504 triliun.
Kemudian disusul pendapatan operasional lainnya (perubahan nilai wajar/ mtm, dividen) sebesar 33,2% atau sebesar Rp419 triliun dan pendapatan operasional bunga lainnya (pendapatan bunga dari surat berharga dari BI dan dari penempatan pada bank lain) sebesar 21,3% atau Rp268 triliun.
Ditambahkan Perry, penyaluran kredit atau lending perbankan terus menunjukan perbaikan. Dengan pertumbuhan kredit di sekitar 6,65% pada Maret 2022 lalu, diperkirana pertumbuhan kredit sepanjang tahun 2022 akan mencapai kisaran 7% hingga 8%.
Pada Maret 2022, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi mencapai 32,11%, meski lebih rendah dibandingkan AL/DPK bulan sebelumnya yang sebesar 32,72%, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 9,92% (yoy).
Pertumbuhan kredit terpantau terjadi di berbagai kelompok bank, segmen kredit, dan sektor ekonomi termasuk subsektor prioritas, seiring berlanjutnya pemulihan aktivitas korporasi dan rumah tangga. Pemulihan kinerja korporasi punterus berlanjut, yang tercermin dari perbaikan penjualan dan belanja modal, serta terjaganya kemampuan membayar
“Dari sisi permintaan juga menunjukan perbaikan, seluruh korporasi yang kami pantau, dengan data-data dari korporasi yang publik maupun korporasi besar seluruhnya mengalami peningkatan penjualan dan pengeluaran capex atau belanja modal,” tambah Perry.
Menurut Perry, hal tersebut juga tidak lepas dari upaya pemerintah dalam mempercepat vaksinasi dosis ketiga sehingga imunitas masyarakat terus meningkat dan mobilitas masyarakat membaik.