Nasib Sritex: Dulu Dibanggakan Jokowi, Ambruk juga di Era Jokowi
- Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sering kali mengungkapkan kebanggaannya terhadap pabrik tekstil yang berlokasi di Jetis, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah itu. Pada April 2017, Jokowi bahkan hadir langsung dalam peresmian perluasan pabrik Sritex di Sukoharjo.
Nasional
JAKARTA – Perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk, (Sritex) dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang melalui putusan perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg oleh Hakim Ketua Moch Ansor pada Senin, 21 Oktober 2024.
Pemohon yaitu PT Indo Bharat Rayon sebagai kreditur Sritex, menyatakan perusahaan telah lalai memenuhi kewajibannya untuk membayar utang sesuai dengan Putusan Homologasi (Perdamaian) yang ditetapkan pada 25 Januari 2022.
Selain Sritex, pencabutan putusan perdamaian juga ditujukan untuk anak perusahaannya, yaitu PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandiri Jaya. Kondisi ini bak anomali bagi korporasi berkode emiten SRIL itu.
- Menilik Pola Kerja Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan
- Saham UNVR Dihajar Pasar Usai Kinerja Kuartal III-2024 Melempem
- Sejarah Sritex, Perusahaan Tekstil Legendaris yang Dinyatakan Pailit
Sebelumnya, mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sering kali mengungkapkan kebanggaannya terhadap pabrik tekstil yang berlokasi di Jetis, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah itu. Pada April 2017, Jokowi bahkan hadir langsung dalam peresmian perluasan pabrik Sritex di Sukoharjo.
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengatakan Sritex sudah menjadi perusahaan nasional yang mampu bersaing di kancah internasional. "Kita harus bangga produk substitusi yang punya kualitas ekspor dan internasional. Saya menghargai perluasan pabrik Sritex untuk meningkatkan produksi sehingga bisa bersaing di tingkat internasioal,” tutur Jokowi.
Dia juga mengapresiasi regenerasi di PT Sritex yang terus berkembang dan membuka lapangan kerja. Perluasan pabrik sendiri disebut bakal menyerap 3.500 tenaga kerja baru. Saat itu Sritex sendiri telah memiliki 50.000 pekerja.
Jokowi mengingatkan Sritex untuk terus menjaga kualitasnya sebagai perusahaan yang berkelas internasional. “Kualitas dijaga, ketepatan waktunya juga dijaga. Sritex merupakan brand Indonesia yang menguasai pasar dunia."
Sritex juga dikenal dekat dengan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, yang berhasil memenangkan Pilpres 2024. Dalam ajang Pilpres 2024, jajaran direksi Sritex kompak mendukung Prabowo-Gibran.
Presiden Komisaris PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto, dalam keterangannya pada Januari 2024, menyampaikan harapan besar kepada Prabowo dan Gibran untuk membawa perubahan positif bagi industri tekstil nasional.
Di masa kejayaannya, Sritex mampu memproduksi seragam militer untuk setidaknya 30 negara di seluruh dunia, termasuk delapan negara yang berada di kawasan Eropa. Sritex juga memproduksi seragam militer untuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Sritex merupakan satu-satunya pemegang lisensi di Asia yang diperbolehkan memproduksi seragam militer Jerman. Pada puncak keberhasilannya, tahun 2017, Sritex mencatatkan laba bersih mencapai US$68 juta atau Rp936 miliar. Setahun kemudian, pada 2018, laba perusahaan melonjak menjadi US$84,56 juta.
Pada tahun 2019, perusahaan masih mencatatkan kenaikan laba menjadi US$87 juta. Kinerja Sritex mengalami penurunan pada tahun 2020 akibat dampak ekonomi pandemi COVID-19, tetapi masih mampu menghasilkan laba sebesar US$85,32 juta. Namun, neraca keuangan Sritex memburuk mulai tahun 2021, dengan kerugian mencapai US$1,08 miliar.
Direktur Keuangan Sritex Welly Salam, dalam keterbukaan informasi ke BEI dalam surat tertanggal 22 Juni 2024 mengatakan, perusahaan mulai mengalami penurunan pendapatan sejak merebaknya pandemi COVID-19.
Kondisi ini kemudian memicu persaingan yang semakin ketat di industri tekstil global, terutama karena adanya kelebihan pasokan produk tekstil dari China. Welly menambahkan, gempuran pasokan tekstil dari China telah menyebabkan praktik dumping harga yang menyasar negara-negara di luar Eropa dan China.
Akibatnya, penjualan produk PT Sritex belum berhasil pulih. “Terjadinya oversupply tekstil di China yang mana produk-produk ini menyasar terutama ke negara-negara di luar Eropa dan China yang longgar aturan impornya,” jelasnya.
Welly menyebut, Indonesia termasuk negara dengan regulasi impor yang masih longgar. Hal ini tercermin dari kebijakan Indonesia yang tidak menerapkan bea masuk anti-dumping. “Tidak ada tarrif barrier maupun non-tarrif barrier,” pungkas Welly.
Selain itu, kondisi geopolitik global turut mempengaruhi penurunan pendapatan Sritex. Menurutnya, konflik seperti perang Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina mengakibatkan gangguan rantai pasokan yang berdampak pada turunnya ekspor.
Industri Tekstil Lesu
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyoroti, melemahnya industri tekstil dan produk tekstil (TPT) disebabkan tidak hanya dipicu banjirnya barang impor di pasar domestik, tetapi juga adanya regulasi terkait kawasan berikat.
Regulasi yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 131/PMK.04/2018 mengenai Kawasan Berikat. Aturan yang ditetapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati itu menyatakan, barang impor dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean yang ditujukan untuk ekspor dapat dijual di pasar domestik.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif menyatakan, banyak produk impor di kawasan berikat yang seharusnya ditujukan untuk pasar ekspor, tetapi justru membanjiri pasar domestik.
Situasi ini dianggap menyebabkan ketidakstabilan industri TPT nasional, yang saat ini masih berada dalam fase kontraksi akibat banjirnya produk impor. Melemahnya pasar ekspor menyulitkan produk tekstil untuk diterima di pasar global.
Selain itu, dalam Pasal 31 PMK tentang Kawasan Berikat disebutkan, pengeluaran hasil produksi ke lokasi lain dalam daerah pabean dibatasi hingga maksimum 50% dari total nilai realisasi ekspor dan penjualan ke berbagai kawasan.
Dilabsir dari Antara, Kementerian Koperasi dan UKM mengungkapkan, 50% dari impor tekstil asal China tidak terdaftar masuk ke Indonesia, dan diperkirakan telah menyebabkan kerugian bagi negara mencapai triliunan rupiah.
“Terdapat selisih yang besar pada HS Code pakaian jadi (61-63). Data ekspor China ke Indonesia hampir 3 kali lipat lebih besar dari impor Indonesia dari China,” kata Plt Deputi Bidang Usaha Kecil Menengah Kemenkop UKM Temmy Setya Permana, 6 Agustus 2024.
Berdasarkan data Trademap yang diolah oleh Kemenkop UKM, potensi nilai produk tekstil China ke Indonesia yang tidak tercatat masuk mencapai Rp29,5 triliun pada tahun 2022. Sementara, pada tahun 2021, potensi nilai tersebut mencapai Rp29,7 triliun.
Merujuk pada data yang sama, nilai ekspor China ke Indonesia pada tahun 2022 mencapai Rp61,3 triliun. Namun, nilai impor yang tercatat dari Indonesia ke China hanya sekitar Rp31,8 triliun.
“Kami menduga ada produk yang masuk secara ilegal dan tidak tercatat. Ini khusus di pakaian atau tekstil dan produk tekstil (TPT),” ungkapnya.
- Kemnaker Minta Sritex (SRIL) Tak Buru-buru Lakukan PHK Massal
- Harga Emas Hari Ini Stagnan di Harga Segini
- Harga Sembako di Jakarta 25 Oktober 2024, Daging Kambing Naik!
Dia mengatakan, banyaknya barang masuk yang tidak tercatat tanpa bea masuk dan biaya lainnya, membuat harganya menjadi sangat murah, yang berpotensi mendistorsi pasar.
Impor ilegal berpotensi menyebabkan kehilangan 67 ribu tenaga kerja, dengan total pendapatan karyawan mencapai Rp2 triliun per tahun, serta kehilangan potensi PDB di berbagai sektor TPT sebesar Rp11,83 triliun per tahun.