NATO Konfirmasi Pasukan Korea Utara Sudah Beroperasi ke Kursk
- Bentrokan terus terjadi antara pasukan Moskow dan Kyiv hampir dua bulan setelah pasukan Ukraina pertama kali memasuki wilayah Kursk dalam operasi kejutan.
Dunia
JAKARTA- Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO menyebut pasukan Korea Utara telah dikerahkan ke Rusia. Mereka beroperasi di wilayah perbatasan Kursk di mana pasukan Ukraina memiliki pijakan.
Ini adalah pernyataan resmi pertama NATO terkait keberadaan pasukan Korea Utara. Sekretaris Jenderal aliansi Mark Rutte pada Senin 28 Oktober 2024 mengatakan, dia dapat mengonfirmasi pengerahan tersebut setelah berminggu-minggu menerima laporan intelijen. Ini menyusul pertemuan dengan pejabat keamanan dan pertahanan Korea Selatan.
Kepala NATO yang baru dilantik tersebut mengatakan pengerahan pasukan ini merupakan eskalasi signifikan dan perluasan berbahaya perang Rusia di Ukraina.
Minggu lalu, Presiden Vladimir Putin menolak untuk menyangkal bahwa pasukan Korea Utara telah tiba di Rusia. Ini menyusul laporan bahwa Pyongyang sedang bersiap untuk mengirim ribuan tentara untuk membantu sekutunya.
- Sekuritas Ini Revisi Target Harga Sido Muncul (SIDO) Jadi Rp620, Apa Alasannya?
- Dongkrak Pamor Prabowo, 77,6 Persen Masyarakat Diklaim Dukung Program Makan Bergizi
- Potret Pemuda Masa Kini: Tunda Menikah hingga Melek Investasi
"Ini adalah keputusan kedaulatan kami," kata Putin, mengabaikan pertanyaan tersebut selama konferensi pers. "Apakah kami akan menggunakannya atau tidak, di mana, bagaimana, atau apakah kami akan melakukan latihan, pelatihan, atau mentransfer sejumlah pengalaman. Itu urusan kami."
Tidak jelas berapa banyak tentara Korea Utara yang telah dikirim. Badan mata-mata Korea Selatan mengatakan awal bulan ini bahwa sedikitnya 1.500 tentara Korea Utara telah tiba di Rusia, yang mendorong Seoul untuk memberikan teguran diplomatik yang keras kepada Moskow.
Namun, intervensi Rutte pada hari Senin menandai pertama kalinya NATO secara resmi mengakui bahwa pasukan Pyongyang beroperasi di Rusia. Ia menambahkan bahwa Korea Utara telah mengirim jutaan amunisi dan rudal balistik ke Moskow untuk digunakan di Ukraina.
“Sebagai balasannya, Presiden Putin telah setuju untuk mengirim teknologi militer dan dukungan lain untuk membantu Korea Utara menghindari sanksi internasional, “kata Rutte. Kemitraan tersebut menurutnya merusak perdamaian dan keamanan global.
Dia memperingatkan bahwa pasukan Korea Utara beroperasi di Kursk akan menimbulkan kekhawatiran di ibu kota negara-negara Barat. Bentrokan terus terjadi antara pasukan Moskow dan Kyiv hampir dua bulan setelah pasukan Ukraina pertama kali memasuki wilayah tersebut dalam operasi kejutan.
Rusia disebut-sebut telah mengerahkan kembali ribuan pasukan ke wilayah tersebut untuk membantu menghentikan laju Ukraina. Operasi tersebut telah membuat pasukan Kyiv mengklaim wilayah seluas sekitar 250 km persegi. Tetapi tampaknya gagal dalam tujuan utamanya untuk mengalihkan momentum Rusia di wilayah timur Ukraina.
Kedatangan pasukan Korea Utara di Kursk dapat menambah tekanan lebih lanjut pada pasukan Kyiv yang tengah berjuang.
Seorang pejabat senior Ukrainmengatakan kepada New York Times a bahwa sekitar 5.000 pasukan elite Korea Utara akan bergabung dengan pasukan Rusia di wilayah perbatasan pada hari Senin. Presiden Volodymyr Zelensky juga mengatakan pemerintahnya memiliki informasi bahwa pasukan tersebut dapat berada di medan perang dalam beberapa hari.
Meningkatkan Konflik
Para pemimpin Barat telah memperingatkan selama berminggu-minggu bahwa langkah seperti itu berisiko meningkatkan konflik.
Minggu lalu, pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko - sekutu setia Presiden Putin - tampaknya menyuarakan penilaian itu. Ia mengatakan kepada BBC bahwa langkah seperti itu akan menandai langkah menuju eskalasi konflik.
- Industri Asuransi Berpotensi Panen Premi dari Program Makan Gratis dan Lumbung Pangan
- Penambahan Menko Dinilai Langkah Progresif Jalin Komunikasi Pemerintahan
- Benahi Aturan Tumpang Tindih di ESDM Jadi Fokus 100 Hari Pertama Bahlil
Korea Utara dan Rusia semakin dekat sejak Moskow merasa terisolasi setelah invasinya ke Ukraina pada Februari 2022. Awal tahun ini, Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un membuat kesepakatan dengan Presiden Putin yang berjanji untuk saling membantu jika terjadi agresi terhadap salah satu negara.
Amerika telah berulang kali menuduh Pyongyang mengirim sejumlah besar perangkat keras militer ke Rusia, termasuk rudal balistik dan peluncur.
Namun, beberapa pakar mempertanyakan sejauh mana pasukan Pyongyang akan mampu membantu upaya perang Rusia. Selain kendala bahasa, tentara Korea Utara belum memiliki pengalaman tempur terkini, kata mereka.
Rekaman yang diperoleh pejabat intelijen pertahanan Ukraina juga menunjukkan pasukan Rusia mengungkapkan keraguan mengenai bagaimana pasukan Korea Utara akan dikomandoi dan diperlengkapi.
Invasi besar-besaran Moskow kini telah berlangsung selama lebih dari dua setengah tahun. Rutte mengklaim bahwa lebih dari 600.000 tentara Rusia telah meninggal atau terluka dalam konflik tersebut. Ia mengatakan Kremlin tidak mampu mempertahankan serangannya terhadap Ukraina tanpa dukungan asing.Informasi resmi mengenai korban dari kedua belah pihak jarang diketahui.