NAV Saratoga (SRTG) Capai Rp48,9 Triliun Usai Raup Pendapatan Dividen Tertinggi
- Prestasi Saratoga (SRTG) ini tercermin dalam arus kas dividen dan hasil divestasi SRTG yang mencapai puncaknya pada akhir tahun 2023, mencapai angka tertinggi sebesar Rp3,9 triliun.
Korporasi
JAKARTA – PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencapai kesuksesan dalam mengoptimalkan kinerja portofolio perusahaannya melalui pencapaian dividen dan hasil divestasi yang menguntungkan sepanjang tahun 2023.
Prestasi emiten investasi yang dimiliki Sandiaga Uno ini tercermin dalam arus kas dividen dan hasil divestasi SRTG yang mencapai puncaknya pada akhir tahun 2023, mencapai angka tertinggi sebesar Rp3,9 triliun.
Direktur Investasi SRTG Devin Wirawan mengungkapkan bahwa tahun 2023 menjadi momen penting bagi perseroan dalam menjalankan strategi sebagai perusahaan investasi. Selain meningkatkan dividen di tengah pasar yang dinamis, Saratoga berhasil melaksanakan divestasi dan monetisasi portofolio yang telah matang, menghasilkan return maksimal bagi perusahaan.
- IHSG Ditutup Melemah, Saham EMTK, INKP dan UNVR Pertahankan Top Gainers LQ45
- Kinerja Apik dan Saham Ciamik, BRI Jadi Bank Paling Bernilai di RI
- Rekapitulasi Nasional 128 PPLN Rampung, Ini Peta Kemenangan Masing-Masing Paslon
“Kami bersyukur pada tahun 2023 Saratoga mampu mencapai rekor pendapatan dividen tertinggi dari perusahaan portofolio, sehingga menjadikan likuiditas perusahaan sangat kuat. Dengan dana kas tersebut, kami mempunyai kapasitas yang luas untuk melakukan berbagai inisiatif strategi investasi, baik di tahun 2023 maupun pada tahun-tahun yang akan datang,” kata Devin melalui keterangan tertulis yang diterima TrenAsia pada Senin, 18 Maret 2024.
Dengan basis neraca yang solid, pada tahun 2023, Saratoga juga berhasil menerapkan strategi investasinya dengan meningkatkan kepemilikan di PT MGM Bosco Logistik (MBL), menjadi pemegang saham mayoritas.
Devin juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2023, Saratoga mencatat Nilai Aset Bersih (Net Asset Value/NAV) sebesar Rp48,9 triliun. Akan tetapi, NAV tersebut mengalami penurunan 20% dibandingkan dengan tahun 2022.
“Gejolak harga komoditas sepanjang tahun 2023 telah berdampak terhadap harga saham-saham perusahaan portofolio utama Saratoga yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (kode saham: ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (kode saham: MDKA). Fluktuasi harga saham tersebut ikut berdampak terhadap NAV Saratoga pada akhir tahun lalu,” jelas Devin.
Devin meyakini bahwa dengan fondasi yang kuat, portofolio SRTG di emiten seperti ADRO dan MDKA memiliki potensi untuk mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan.
Terlebih lagi, kedua perusahaan tersebut beroperasi di sektor-sektor yang strategis seperti komoditas batubara, emas, nikel, dan bisnis hilirisasi komoditas, yang memiliki dampak langsung terhadap perekonomian global dan domestik.Top of Form
Utang Bersih Turun
Sementara itu Direktur Keuangan Saratoga Lany D. Wong mengungkapkan perusahaan berhasil memperkuat likuiditas internalnya pada tahun 2023. Hal ini tercermin dari penurunan utang yang berdampak pada pengurangan biaya bunga hingga 49% pada tahun tersebut.
Keberhasilan ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam mengelola modal secara hati-hati di tengah kondisi suku bunga global yang tetap tinggi. “Berdasarkan posisi 31 Desember 2023, kami menurunkan utang bersih Saratoga hingga 62 persen menjadi Rp 263 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 688 miliar,” ungkap Lany.
Lany menjelaskan bahwa pihaknya berhasil mempertahankan rasio biaya dan utang pada tingkat yang sehat. Biaya operasional terhadap NAV masing-masing sebesar 0,5%, dan loan to value turun menjadi 0,4% dari sebelumnya 1,1% pada tahun 2022.
Lany menegaskan bahwa Saratoga akan tetap aktif dalam menerapkan strategi investasinya tahun ini. Langkah ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif.
Di samping itu, selesainya proses pemilihan umum secara damai pada bulan Februari lalu juga memberikan dukungan positif bagi pelaku usaha untuk terus berinvestasi dan mengembangkan bisnis perseroan.
“Kami akan tetap fokus meningkatkan investasi di sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi Indonesia. Salah satu strateginya adalah memperkuat investasi di portofolio yang sudah ada atau menambah portofolio baru yang memiliki prospek pertumbuhan bisnis yang baik dalam jangka panjang,” tutup Lany.