NCKL Angkat Bicara Soal Proyek PLTS Senilai Rp6 Triliun, Apa Keuntungannya?
- PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel baru-baru ini mengumumkan proyek ambisius Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dengan kapasitas 300 megawatt-peak (MWp).
Bursa Saham
JAKARTA - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel baru-baru ini mengumumkan proyek ambisius Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dengan kapasitas 300 megawatt-peak (MWp).
Head of Investor Relations NCKL, Lukito Kurniawan Gozali mengatakan proyek yang diperkirakan memerlukan investasi sebesar Rp6,84 triliun ini ditargetkan selesai pada tahun 2025, dan merupakan salah satu inisiatif terbesar NCKL dalam mendukung transisi energi bersih di Indonesia.
"PLTS Atap ini adalah bagian dari komitmen kami untuk mengurangi emisi karbon, sejalan dengan target Indonesia mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060," ungkap dalam acara Emitalk yang diselenggarakan oleh PT Indo Premier Sekuritas secara daring dikutip pada Senin, 23 September 2024.
- 124 Negara Tuntut Israel Hentikan Pelanggaran Hukum di Palestina
- Pengeboran Sumur Kedua di Banyu Urip Bisa Produksi Minyak 13.000 BOPD
- Saham BREN Kembali ARB, Manajemen Angkat Bicara Soal Free Float
Proyek ini akan dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama mencakup pembangunan PLTS Atap berkapasitas 40 MWp yang diharapkan selesai pada akhir 2024. Tahap kedua akan memperluas kapasitas hingga 260 MWp pada tahun 2025.
Langkah ini menandai pergeseran signifikan dari penggunaan energi konvensional menuju energi terbarukan dalam operasional Harita Nickel, yang saat ini masih bergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara untuk mendukung aktivitas di sektor pertambangan dan hilirisasi.
“Dengan meningkatnya kebutuhan akan energi bersih, Lukito berharap bahwa transisi ini akan mengurangi ketergantungan perusahaan pada energi fosil,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Health, Safety and Environment Harita Nickel, Tonny Gultom, memperkirakan biaya pembangunan PLTS Atap berkisar antara US$ 1 juta hingga US$ 1,5 juta per MWp.
“Dengan demikian, total investasi yang diperlukan NCKL untuk mencapai kapasitas 300 MWp diperkirakan mencapai antara US$300 juta hingga US$450 juta, setara dengan Rp4,56 triliun hingga Rp6,84 triliun,” papar Gultom.
Langkah Harita Nickel menuju energi terbarukan juga sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia yang mulai melaksanakan program penghentian operasional PLTU batu bara secara bertahap, sebagai bagian dari upaya mencapai target NZE pada tahun 2060.
"Dalam konteks ini, proyek PLTS Atap Harita Nickel diharapkan dapat menjadi model bagi perusahaan lain di industri pertambangan dan hilirisasi. Ini menunjukkan bahwa transisi menuju energi bersih bukan hanya mungkin, tetapi juga strategis dan berkelanjutan," tutup Gultom.
Sementara itu, pada perdagangan berjalan hari ini, saham NCKL terpantau bergerak menguat 0,56% ke level Rp895 per saham. Namun demikian, saham ini secara tahunan tampak masih tertekan sebear 11,82%.