Negara Berkembang Disebut Bakal Alami Krisis Utang, Ini Daftarnya
- Sejumlah negara berkembang berisiko mengalami krisis utang.
Dunia
JAKARTA - Kondisi sejumlah negara berkembang yang berisiko mengalami krisis utang akan menjadi pembahasan utama pekan depan.
Pada waktu tersebut, para gubernur bank sentral dunia, menteri keuangan, dan sejumlah partai politik akan bersidang untuk Bank dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) pada pertemuan musim semi.
Inflasi yang menggembung, naiknya biaya pinjam, dan penguatan dolar membuat pembayaran pinjaman akan lebih mahal secara signifikan bagi beberapa negara berkembang. Ini tentunya mendorong kondisi gagal bayar sebagaimana terjadi pada tahun lalu.
Mengutip Reuters Kamis, 6 April 2023, berikut adalah daftar negara yang bakal menghadapi krisis utang lantaran gagal membayar pinjaman internasional.
- Cara Download Video TikTok Tanpa Watermark, Simak Panduan Lengkapnya
- Sering Dianggap Menyebalkan, Perilaku Ini Rupanya Menandakan Anak Cerdas
- Lagi Viral di Twitter, Ini Cara Bikin Foto Profesional Headshot dengan AI
1. Mesir
Ekonomi Mesir yang bergantung pada pariwisata dihantam oleh satu-dua pukulan COVID-19. Selain itu, melonjaknya harga makanan dan energi membuatnya kekurangan dolar dan berjuang untuk membayar utang yang meningkat.
Mesir memperoleh paket baru IMF senilai US$3 miliar pada Desember 2022 dengan berkomitmen pada mata uang yang fleksibel serta peran yang lebih besar untuk sektor swasta dan serangkaian reformasi moneter dan fiskal.
Pembatasan impor dan mata uang telah membebani aktivitas ekonomi dan kekurangan mata uang asing terus berlanjut meskipun terjadi tiga devaluasi yang cukup besar sejak Maret 2022. Ini kemudian mengurangi separuh nilai mata uangnya.
Inflasi Mesir sekarang berada pada level tertinggi lebih dari lima tahun terakhir yakni di atas 30%.
2. El Salvador
El Salvador menyelesaikan rintangan pembayaran obligasi senilai US$600 juta pada Januari 2023. Negara Amerika Tengah itu memiliki sekitar US$6,4 miliar Eurobonds yang beredar.
Pembayaran berikutnya belum jatuh tempo hingga tahun 2025 menyebabkan kekhawatiran tentang biaya layanan utang El Salvador yang tinggi. Selain itu, rencana pembiayaan serta kebijakan fiskalnya telah menyebabkan obligasinya semakin tertekan.
Langkah negara untuk membuat tender legal bitcoin pada September 2021 secara efektif menutup pintu bagi pembiayaan IMF. Namun, risiko atas penggunaan bitcoin di El Salvador rupanya belum bisa terwujud.
3. Ghana
Ghana berada dalam krisis ekonomi terburuk dalam satu generasi. Negara ini menghabiskan lebih dari 40% pendapatan pemerintah untuk pembayaran utang tahun lalu.
Negara Afrika Barat itu mendapatkan kesepakatan US$3 miliar dengan IMF pada Desember. Meski pada akhirnya, negara itu masih perlu mendapatkan jaminan pembiayaan dari pemberi pinjaman bilateral untuk mencapai kesepakatan akhir.
Negara penghasil kakao, emas dan minyak ini telah mencapai kesepakatan untuk menghapus utang dalam negeri dan pekan lalu memulai pembicaraan utang formal dengan pemegang obligasi internasional.
4. Lebanon
Sistem keuangan Lebanon mulai terurai pada 2019 setelah beberapa dekade salah urus dan korupsi yang berujung pada gagal bayar pada 2020.
Lebanon tidak memiliki kepala negara atau kabinet yang sepenuhnya diberdayakan sejak 31 Oktober.
Beirut mendevaluasi nilai tukar resmi untuk pertama kalinya dalam 25 tahun pada bulan Februari. Bulan lalu bank sentralnya mengatakan akan mulai menjual dolar AS dalam jumlah tak terbatas untuk menghentikan devaluasi yang melonjak.
5. Malawi
Malawi bergulat dengan kekurangan devisa dan defisit anggaran sekitar US$1,30 miliar atau 8,7% dari PDB.
Negara Afrika selatan yang bergantung pada donor sedang mencoba merestrukturisasi utangnya untuk mendapatkan lebih banyak dana dari IMF yang menyetujui dana darurat pada November.
6. Pakistan
Gejolak politik dan ekonomi selama berbulan-bulan, banjir yang melumpuhkan tahun lalu dan rekor inflasi menempatkan Pakistan di zona bahaya.
China setuju untuk memberi pinjaman pada Pakistan sebesar US$$1,8 miliar. Pinjaman tersebut telah dikreditkan ke bank sentral Pakistan. Pada bulan lalu, China menggulirkan pinjaman US$2 miliar yang telah jatuh tempo awal Maret dan memberikan bantuan selama krisis akut neraca pembayaran Pakistan.
Tetapi pembicaraan dengan IMF untuk tahap pinjaman US$1,1 miliar yang tertunda bagian dari bailout US$6,5 miliar yang disepakati pada 2019 masih belum menemui titik terang.
7. Tunisia
Perekonomian Afrika Utara yang bergantung pada pariwisata berada dalam pergolakan krisis yang menyebabkan kekurangan bahan makanan pokok.
Pinjaman IMF sebesar US$1,9 miliar telah terhenti selama berbulan-bulan karena presiden Tunisia tidak menunjukkan banyak tindakan dalam reformasi kunci.
Sebagian besar utang internal tetapi pembayaran pinjaman luar negeri jatuh tempo akhir tahun ini. Lembaga pemeringkat kredit mengatakan Tunisia mungkin gagal bayar.
8. Sri Lanka
Sri Lanka gagal membayar utang internasionalnya tahun lalu karena salah mengambil strategi ekonomi. Ini diperburuk oleh pandemi COVID-19 sehingga memicu krisis politik dan membiarkannya tanpa dolar bahkan untuk impor penting.
IMF yang menandatangani paket bailout US$3 miliar bulan lalu kemudian membantu negara kepulauan Asia Selatan itu mendapatkan dukungan tambahan hampir US$4 miliar dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan pemberi pinjaman lainnya.
Pejabat pemerintah bertujuan untuk menyelesaikan pembicaraan restrukturisasi utang pada bulan September. Sri Lanka juga sedang menyusun ulang sebagian dari utang dalam negerinya dan bertujuan untuk menyelesaikannya pada bulan Mei.
9. Ukraina
Ukraina baru saja menerima tahap pertama senilai US$2,7 miliar di bawah program pinjaman IMF selama empat tahun senilai US$15,6 miliar. Ini adalah bagian dari paket dukungan global senilai US$115 miliar yang lebih besar.
Negara itu menangguhkan semua pembayaran utang tahun lalu setelah invasi Rusia. Selain iti, Ukraina perlu merestrukturisasi pinjamannya jika dan ketika situasinya stabil.
IMF memperkirakan Ukraina membutuhkan US$3-US$4 miliar per bulan untuk menjaga negara tetap berjalan.
Mengutip laporan Bank Dunia baru-baru ini, membangun kembali ekonomi Ukraina sekarang diperkirakan menelan biaya US$411 miliar.
10. Zambia
Zambia jadi negara Afrika pertama yang gagal bayar selama era COVID-19 pada tahun 2020. Kala itu, Zambia dipandang sebagai ujian bagi inisiatif Kerangka Kerja Bersama G20 yang dibentuk selama pandemi untuk merampingkan restrukturisasi utang.
Tetapi pembicaraan sangat lambat sehingga utang luar negeri merayap hingga US$18,6 miliar .
Mata uang Zambia, kwacha, telah jatuh lebih dari 10% terhadap dolar AS tahun ini sehingga menambah dalam nilai inflasi.