<p>Provinsi Bali akan kembali dibuka untuk wisatawan asing dan domestik. / Pixabay</p>
Gaya Hidup

Negara-negara di Asia Siapkan Travel Bubble untuk Pariwisata, Apa Itu?

  • JAKARTA – Pariwisata disebut sebagai sektor yang paling terpukul akibat pandemi. International Air Transport Association (IATA) memperkirakan, Revenue Passenger Kilometers (RPK) di kawasan Asia Pasifik di 2020 akan turun sebesar 53,8%. Plt. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Frans Teguh mengatakan berhentinya operasional maskapai penerbangan tentu berdampak sangat besar […]

Gaya Hidup
Khoirul Anam

Khoirul Anam

Author

JAKARTA – Pariwisata disebut sebagai sektor yang paling terpukul akibat pandemi. International Air Transport Association (IATA) memperkirakan, Revenue Passenger Kilometers (RPK) di kawasan Asia Pasifik di 2020 akan turun sebesar 53,8%.

Plt. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Frans Teguh mengatakan berhentinya operasional maskapai penerbangan tentu berdampak sangat besar bagi agen perjalanan dan tour operator.

“Kita tidak pernah tahu kapan perjalanan akan kembali dibuka, dan ketika perjalanan itu pun dibuka, kondisinya tentu sangat berbeda. Dibutuhkan pendekatan dan penyesuaian yang baik dari industri,” kata Frans dikutip dari laman resmi Kemenparekraf, Jumat, 19 Juni 2020.

Frans menyebut, dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah dan industri, baik di dalam negeri maupun kawasan untuk memulihkan sektor pariwisata dengan segera.  Kolaborasi seluruh pemangku kepentingan pariwisata harus dapat menumbuhkan kepercayaan wisatawan bahwa bepergian di situasi normal baru nantinya dapat tetap memberikan rasa aman dan nyaman.

Kemenparekraf mencatat, hingga pekan kedua April 2020, sebanyak 180 destinasi dan 232 desa wisata ditutup. Kemenparekraf juga menemukan, lebih dari 13 juta pekerja di sektor pariwisata terdampak langsung dari pandemi, sementara sekitar 32,5 juta pekerja di sektor pendukung mengalami efek yang sama.

Sementara itu, Academic Consultant dari Thammasat University, Thailand, Walter Jamieson menegaskan, saat ini adalah waktu yang tepat bagi industri pariwisata di seluruh negara di kawasan Asia untuk melakukan penyesuaian. Tidak hanya untuk masa kenormalan baru, melainkan juga setelahnya.

“Kini adalah saatnya untuk dapat meningkatkan lagi pengelolaan industri menuju kondisi yang lebih baik, kondisi lingkungan yang lebih baik,” kata dia. 

Konsep travel bubble dinilai menjadi salah satu langkah yang dapat dipersiapkan oleh negara-negara ASEAN. Diketahui, travel bubble tengah diminati oleh beberapa negara dalam merancang perjalanan lintas negara di tengah pandemi.

“Yakni, ketika dua atau lebih negara telah berhasil mengontrol penyebaran virus corona, sepakat untuk menciptakan sebuah koridor perjalanan. Koridor perjalanan ini akan memudahkan penduduk yang tinggal di dalamnya melakukan perjalanan secara bebas, dan menghindari kewajiban karantina mandiri,” kata dia. (SKO)