<p>Potret toko yang tutup di Inggris/ Sumber: BBC.com</p>
Nasional & Dunia

Negara Uni Eropa Resesi Lagi, Giliran Ekonomi Inggris Anjlok 20,4%

  • JAKARTA – Menyusul beberapa negara Uni Eropa lain, Inggris akhirnya resesi setelah ekonominya berada di zona negatif dua kuartal berturut-turut. Ekonomi Inggris anjlok hingga 20,4% pada kuartal II-2020 menyusul kuartal sebelumnya di level negatif 2,2%. Apabila dibandingkan dengan secara tahunan, ekonomi Inggris merosot sebesar 21,7%. Padahal, produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2020 hanya turun 1,7% […]

Nasional & Dunia
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Menyusul beberapa negara Uni Eropa lain, Inggris akhirnya resesi setelah ekonominya berada di zona negatif dua kuartal berturut-turut. Ekonomi Inggris anjlok hingga 20,4% pada kuartal II-2020 menyusul kuartal sebelumnya di level negatif 2,2%.

Apabila dibandingkan dengan secara tahunan, ekonomi Inggris merosot sebesar 21,7%. Padahal, produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2020 hanya turun 1,7% jika dbandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Kontraksi ini tercatat sebagai yang terburuk dalam sejarah Inggris selama sebelas tahun terakhir. Kinerja buruk ini merupakan buntut dari penguncian negara atau lockdown dari segala aktivitas bisnis dan sosial akibat pandemi COVID-19.

Kantor Statistik Nasional (ONS) mengatakan perekonomian Inggris sebetulnya sempat membaik pada Juni 2020 dengan pertumbuhan sebanyak 8,7% dibandingkan dengan Mei 2020, dengan adanya pelonggaran penguncian aktivitas. Namun, capaian PDB tetap rendah jika dibandingkan dengan perolehan pada Februari 2020.

Penyebab Resesi Inggris

Turunnya pengeluaran rumah tangga negara dengan pereonomian terbesar keenam di dunia ini disebabkan oleh penutupan toko-toko, susutnya  produksi pabrik dan konstruksi serta lemahnya kinerja sektor jasa. Padahal, sektor jasa merupakan kontributor terbesar atau empat perlima penerimaan negara.

“Pelambatan produksi mobil menjadi yang terburuk sejak 1954,” kata Jonathan Athow, Deputi Ahli Statistik Nasional dikutip BBC, Rabu, 12 Agustus 2020.

Penurunan ekonomi terdalam terjadi pada puncak penguncian negara yang jatuh pada April 2020. Sejak itu, banyak pekerja di Inggris yang kehilangan pekerjaan dan tingkat pengangguran diprediksi akan semakin banyak pada bulan-bulan berikutnya apabila pandemi belum juga reda.

Data pemerintah Inggris menyebut setidaknya ada 220.000 pekerja formal kehilangan pekerjaan antara April hingga Juni. Penurunan jumlah pekerja ini merupakan penurunan kuartalan terbesar sejak Mei hingga Juli 2009 pada saat krisis ekonomi kala itu.

Alpesh Paleja, ekonom di Confederation of British Industry mengatakan banyak perusahaan yang kesulitan membayar tagihan tepat waktu. Menurutnya, proyeksi pemulihan masih jauh di depan mata dengan lebih besarnya ancaman gelombang kedua pandemi dan negosiasi Brexit yang tak kunjung selesai.

Institute of Directors (IoD) mengungkapkan persoalan lain yang dihadapi adalah penumpukan utang yang membuat bisnis sulit bertahan dan berkembang. Dengan kondisi saat ini, Bank of England pesimistis akan kembali di level normal hingga akhir tahun depan.

Resesi Inggris juga merupakan salah satu yang terbesar di antara negara-negara maju lainnya. Meskipun tidak seburuk Spanyol yang minus 22,7% namun kontraksinya dua kali lipat dibandingkan dengan kebanyakan negara Uni Eropa lainnya.

Sebagaimana diketahui, Jerman telah lebih dulu masuk resesi setelah ekonominya tertekan hingga minus 10,1% pada kuartal kedua tahun ini. Pada periode yang sama, Prancis juga minus 13,8%, Italia 12,4%. (SKO)