Neraca Dagang China Tergelincir Tajam, Nilai Kurs Rupiah Ditutup Melemah 19 Poin
- Menurut data perdagangan Bloomberg, Rabu, 7 Desember 2022, nilai kurs rupiah ditutup di posisi Rp15.636 perdolar Amerika Serikat (AS).
Pasar Modal
JAKARTA - Nilai kurs rupiah ditutup melemah 19 poin bertepatan dengan hari ketika China merilis neraca dagang yang tergelincir dengan tajam.
Menurut data perdagangan Bloomberg, Rabu, 7 Desember 2022, nilai kurs rupiah ditutup di posisi Rp15.636 perdolar Amerika Serikat (AS).
Pada perdagangan sebelumnya, Selasa, 6 Desember 2022, nilai kurs rupiah ditutup melemah 155 poin di level Rp15.617,5 perdolar AS.
- Waspada! Lagi Ramai Penipuan Berkedok Chat dari Kurir Paket
- Perbedaan Papan Ekonomi Baru dan Papan Utama, Serta Kriteria Sahamnya
- Fantastis! Perputaran Uang Judi Piala Dunia 2022 Capai Rp546 Triliun Berkat COVID-19
Sebelumnya analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra menuturkan bahwa neraca perdagangan China yang mengindikasikan penurunan aktivitas ekspor dan impor dapat memberikan sentimen negatif untuk rupiah seperti yang terjadi hari ini.
"Pagi ini, data neraca perdagangan China bulan November yang diekspetasikan terjadi penurunan aktivitas ekspor-impor dapat memberikan sentimen negatif ke pasar," ujar Ariston kepada TrenAsia, Rabu, 7 Desember 2022.
Sebagai informasi, aktivitas ekspor China mengalami penurunan hingga 8,6% secara tahunan, jauh lebih tinggi ketimbang proyeksi di kisaran 3,5%.
Sementara itu, impor China pun menurun 10,6%, lebih tinggi juga dari proyeksi di angka 6%.
Melambatnya kinerja ekspor-impor China turut dipengaruhi oleh pembatasan aktivitas yang diberlakukan di kota-kota besar negeri Tirai Bambu karena kasus COVID-19 yang kembali melonjak.
- Trik Rahasia Sembunyikan Chat di WhatsApp Tanpa Takut Ketahuan, Ini Caranya
- Siap-Siap! Rekrutmen Bersama BUMN 2022 Batch 2 Segera Dibuka
- Siluman Su-57 Felon Rusia Mendapat Pawang Tempur Pertama
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan, kurs rupiah masih akan terpengaruh oleh belum diumumkannya pelonggaran aktivitas di Beijing akibat COVID-19.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi global pun kemungkinan akan terpukul mengingat China yang berkedudukan sebagai pasar utama ekspor.
"Negara itu belum mengumumkan pelonggaran kebijakan nol-COVID yang ketat secara nasional sehingga memukul pertumbuhan ekonomi tahun ini," kata Ibrahim dikutip dari riset harian, Rabu, 7 Desember 2022.