Neraca Dagang Juni 2021 Diprediksi Surplus Rp33,33 Triliun
Perdagangan internasional kembali menunjukkan kinerja yang apik. Hal ini diyakini akan berdampak baik bagi Indonesia. Neraca dagang domestik pada periode Juni 2021 pun diproyeksi akan kembali surplus.
Nasional
JAKARTA – Perdagangan internasional kembali menunjukkan kinerja yang apik. Hal ini diyakini akan berdampak baik bagi Indonesia. Neraca dagang domestik pada periode Juni 2021 pun diproyeksi akan kembali surplus.
Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Anthony Kevin memprediksi neraca dagang bakal mencetak surplus sebesar US$2,3 miliar atau setara Rp33,33 triliun (kurs Jisdor Rp14.492 per dolar AS) pada Juni 2021. Sejalan dengan hal tersebut, ekspor dan impor diperkirakan tumbuh masing-masing 42,5% dan 38% year-on-year (yoy).
Menurutnya, pertumbuhan ekspor secara tahunan ini terjadi seiring dengan pemulihan ekonomi dunia yang terus berlanjut. Lebih lanjut, Anthony mengungkapkan bahwa PMI Manufaktur dari hampir seluruh mitra ekspor utama Indonesia membukukan ekspansi selama bulan Juni.
“Dari kacamata harga komoditas, kenaikan harga CPO yang pesat pada bulan Juni seharusnya akan meningkatkan nilai ekspor ke China dan India selaku dua pembeli utama minyak kelapa sawit dari Indonesia,” ujar dia melalui riset yang diterima Trenasia.com, Rabu, 14 Juli 2021.
- Gandeng Visa Indonesia, MNC Bank Luncurkan MotionVisa
- Pencarian Properti Online Meningkat 36,8 Persen Secara Tahunan, Lamudi Luncurkan #CariSekarang
- Kinerja Turun Akibat Pandemi, Kapitalisasi Pasar Modal Syariah Tembus Rp3.372 Triliun
Dari perspektif impor, kata Anthony, aktivitas manufaktur Indonesia membukukan ekspansi selama 8 bulan beruntun sampai dengan bulan Juni. Sehingga, ia menduga impor bahan baku akan turut membukukan pertumbuhan positif secara tahunan.
“Impor bahan baku sendiri berkontribusi sebesar 73 persen dari total impor Indonesia,” tambahnya.
Di sisi lain, manufacturing PMI global dan ekspor Korea Selatan terus berada di teritori positif. Hal ini seiring dengan terus dilonggarkannya restriksi kontak sosial sehingga membuat pemulihan ekonomi dunia terus berlanjut.
“Kini, pemulihan dari penjualan barang-barang tahan lama bisa didapati dari negara-negara dengan nilai ekonomi yang besar, di mana hal ini merepresentasikan outlook yang positif ke depannya,” tutup Anthony. (SKO)