Neraca Pembayaran RI Triwulan II-2020 Surplus Rp137 Triliun
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2020 mengalami surplus sebesar US$9,2 miliar setara Rp137 triliun (kurs Rp14.900 per dolar Amerika Serikat). Kenaikan tersebut terjadi setelah kuartal I sebelumnya, NPI mengalami defisit US$8,5 miliar. Direktur Eksekutif BI Onny Widjanarko mengatakan, membaiknya kinerja NPI tersebut didukung oleh menurunnya defisit transaksi berjalan […]
Industri
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2020 mengalami surplus sebesar US$9,2 miliar setara Rp137 triliun (kurs Rp14.900 per dolar Amerika Serikat). Kenaikan tersebut terjadi setelah kuartal I sebelumnya, NPI mengalami defisit US$8,5 miliar.
Direktur Eksekutif BI Onny Widjanarko mengatakan, membaiknya kinerja NPI tersebut didukung oleh menurunnya defisit transaksi berjalan serta besarnya surplus transaksi modal dan finansial.
“Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2020 meningkat menjadi sebesar US$131,7 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,1 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa, 18 Agustus 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Saat ini, lanjutnya, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar US$2,9 miliar atau 1,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar US$3,7 miliar atau 1,4% dari PDB.
Adapun sumber penurunan defisit transaksi berjalan tersebut berasal dari surplus neraca perdagangan barang akibat penurunan impor karena melemahnya permintaan domestik.
Di samping itu, defisit neraca pendapatan mengecil karena berkurangnya pembayaran imbal hasil kepada investor asing. Hal tersebut sejalan dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi domestik di triwulan II-2020 yang tercermin pada penurunan kinerja perusahaan dan investasi.
Sementara itu, Onny mengungkapkan bahwa defisit neraca jasa sedikit meningkat. Hal itu didorong oleh defisit jasa perjalanan yang turun signifikan selama pandemi COVID-19. Hal tersebut berakibat pada berkurangnya remitansi dari Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Transaksi Modal
Di sisi lain, Onny menjelaskan transaksi modal dan finansial pada triwulan II-2020 mencatat surplus cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
“Surplus transaksi modal dan finansial tercatat sebesar US$10,5 miliar terutama berasal dari aliran masuk neto investasi portofolio dan investasi langsung, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat defisit US$3 miliar,” paparnya.
Aliran masuk investasi portofolio yang meningkat tersebut berbentuk penerbitan global bond oleh pemerintah dan korporasi, serta pembelian Surat Utang Negara (SUN).
Menurutnya, aliran masuk modal asing tersebut masuk dipengaruhi oleh likuiditas global yang meningkat. Aliran modal juga dipengaruhi imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik, dan terjaganya keyakinan investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia.
“Investasi langsung turut menyumbang surplus pada neraca transaksi modal dan finansial,” tambah Onny.
Onny menegaskan, pihaknya senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Koordinasi dilakukan agar aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik kembali membaik.
“Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian,” katanya. (SKO)