Neraca Perdagangan RI 2024 Diramal Tetap Solid, Begini Pertimbangannya
- Sensitivitas nilai ekspor Indonesia terhadap fluktuasi harga komoditas, khususnya batu bara dan minyak kelapa sawit mulai menurun.
Makroekonomi
JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2024 diprediksi masih akan menorehkan kinerja solid. Hal ini didukung oleh nilai ekspor yang terus melaju serta catatan neraca surplus dalam beberapa waktu terakhir.
Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan bahwa sensitivitas nilai ekspor Indonesia terhadap fluktuasi harga komoditas, khususnya batu bara dan minyak kelapa sawit mulai menurun.
Menurutnya, kinerja ekspor bulanan pada tahun 2023 masih cukup baik dan konsisten di atas US$20 miliar, kecuali di bulan April, di mana di tengah harga batu bara dan minyak kelapa sawit yang cenderung mendatar.
- Duh, Realisasi Investasi Energi Terbarukan Hanya US$1,5 M
- 2024 akan Ada 10 Wilayah Kerja Migas Siap Dilelang
- Pantau Pencemaran, Kemenperin Bikin Aplikasi Pengawasan Kualitas Udara
“Kami menilai surplus kondisi keseimbangan eksternal Indonesia sepanjang tahun 2023 masih sangat baik,” ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa, 16 Januari 2024.
Neraca Perdagangan 2023 Solid
Pada Desember 2023, surplus neraca perdagangan tercatat mencapai US$3,3 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan konsensus yakni sebesar US$2 miliar. Capain tersebut juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya dengan torehan US$2,4 miliar.
“Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi,” imbuhnya.
- Agung Sedayu dan Salim Group Suntik Rp10 Triliun ke PANI
- GOTO Ungkap Penggunaan Dana IPO Rp13,7 Triliun hingga 2023
- 20 Tahun Beroperasi, Inilah Jangkauan Transjakarta Kini
Rully memaparkan bahwa neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 44 bulan berturut-turut. Perkembangan tersebut menyebabkan suplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun 2023 mencapai US$37 miliar.
“Angka inicukup tinggi di tengah tren penurunan harga-harga komoditas unggulan Indonesia, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit,” tambah Rully.
Impor Ditekan
Di sisi lain, nilai impor sepanjang tahun 2023 tercatat mengalami penurunan sebesar 6,6% year-on-year (yoy) menjadi US$221,9 miliar dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya sebesar US$237,4 miliar.
- Perjuangkan Merk Idol Grup BABYMONSTER, YG Entertainment Menang Lawan Monster Energy
- Harga Minyak Naik 2 Persen, Saham ACES Hingga ARTO Layak Dipantau!
- Bos Bank Mandiri Serok Saham BMRI Rp1,64 Miliar
Dia menyebut penurunan terbesar dialami oleh impor bahan baku, sebesar 11,1% yoy menjadi US$161,1 miliar. Sedangkan, barang konsumsi dan barang modal selama 2023 tumbuh positif, masing-masing 8,6% yoy dan 7,8% yoy menjadi US$21,5 miliar dan US$39,2 miliar.
“Kami melihat bahwa berdasarkan tren saat ini, neraca perdagangan Indonesia masih berpotensi untuk terus mencatatkan surplus sepanjang tahun 2024 dan menopang pergerakan Rupiah secara fundamental,” pungkasnya.