Suasana bongkar muat di area PT IPC Petikemas, Tanjung Priok 2, Jakarta, Selasa, 26 Oktober 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Makroekonomi

Neraca Perdagangan RI 2024 Diramal Tetap Solid, Begini Pertimbangannya

  • Sensitivitas nilai ekspor Indonesia terhadap fluktuasi harga komoditas, khususnya batu bara dan minyak kelapa sawit mulai menurun.
Makroekonomi
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2024 diprediksi masih akan menorehkan kinerja solid. Hal ini didukung oleh nilai ekspor yang terus melaju serta catatan neraca surplus dalam beberapa waktu terakhir.

Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan bahwa sensitivitas nilai ekspor Indonesia terhadap fluktuasi harga komoditas, khususnya batu bara dan minyak kelapa sawit mulai menurun.

Menurutnya, kinerja ekspor bulanan pada tahun 2023 masih cukup baik dan konsisten di atas US$20 miliar, kecuali di bulan April, di mana di tengah harga batu bara dan minyak kelapa sawit yang cenderung mendatar. 

“Kami menilai surplus kondisi keseimbangan eksternal Indonesia sepanjang tahun 2023 masih sangat baik,” ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa, 16 Januari 2024.

Neraca Perdagangan 2023 Solid

Pada Desember 2023, surplus neraca perdagangan tercatat mencapai US$3,3 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan konsensus yakni sebesar US$2 miliar. Capain tersebut juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya dengan torehan US$2,4 miliar. 

“Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi,” imbuhnya.

Rully memaparkan bahwa neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 44 bulan berturut-turut. Perkembangan tersebut menyebabkan suplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun 2023 mencapai US$37 miliar.

“Angka inicukup tinggi di tengah tren penurunan harga-harga komoditas unggulan Indonesia, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit,” tambah Rully.

Impor Ditekan

Di sisi lain, nilai impor sepanjang tahun 2023 tercatat mengalami penurunan sebesar 6,6% year-on-year (yoy) menjadi US$221,9 miliar dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya sebesar US$237,4 miliar. 

Dia menyebut penurunan terbesar dialami oleh impor bahan baku, sebesar 11,1% yoy menjadi US$161,1 miliar. Sedangkan, barang konsumsi dan barang modal selama 2023 tumbuh positif, masing-masing 8,6% yoy dan 7,8% yoy menjadi US$21,5 miliar dan US$39,2 miliar.

“Kami melihat bahwa berdasarkan tren saat ini, neraca perdagangan Indonesia masih berpotensi untuk terus mencatatkan surplus sepanjang tahun 2024 dan menopang pergerakan Rupiah secara fundamental,” pungkasnya.