Neraca Perdagangan Surplus dan Respons PSBB Jakarta, Kurs Rupiah Menguat
Berkurangnya surplus disebabkan oleh naiknya kinerja impor pada Agutus 2020. Tercatat, nilai impor mencapai US$10,74 miliar, naik 2,65% dibandingkan dengan Juli 2020, namun dibandingkan Agustus 2019 turun 24,19%.
Industri
JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 melanjutkan tren surplus senilai US$2,33 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan meski surplus, kinerja ekspor pada Agustus 2020 mengalami penurunan sebesar 8,36% year on year (yoy) dan turun 4,62% dibandingkan dengan Juli 2020 menjadi US$13,07 miliar.
“Penurunan terjadi karena ada pelemahan di sektor migas dan nonmigas,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Selasa, 15 September 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Secara tahunan, ekspor nonmigas pada Agustus 2020 turun 7,16%, sementara kinerja migas merosot 27,23%.
Meskipun kinerja ekspor baik secara bulanan maupun tahunan masih lesu, namun masih menyumbang surplus neraca perdagangan. Namun, tetap saja surplus neraca dagang Indonesia per Agustus 2020 mengalami tren penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Tepatnya, surplus senilai US$2,33 miliar pada Agustus masih lebih rendah dari perolehan Juli di angka US$3,26 miliar.
Berkurangnya surplus disebabkan oleh naiknya kinerja impor pada Agutus 2020. Tercatat, nilai impor mencapai US$10,74 miliar, naik 2,65% dibandingkan dengan Juli 2020, namun dibandingkan Agustus 2019 turun 24,19%.
Dalam catatan BPS, impor nonmigas Agustus 2020 mencapai US$9,79 miliar, naik 3,01% dibandingkan Juli 2020 dan jika dibandingkan Agustus 2019, turun 21,91%.
Di sisi lain, impor migas Agustus 2020 senilai US$0,95 miliar, turun 0,88% dibandingkan Juli 2020. Demikian pula jika dibandingkan Agustus 2019 turun 41,75%.
Rupiah Menguat
Sementara itu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore, 15 September 2020, berakhir menguat seiring meredanya kekhawatiran pasar terhadap kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta yang sudah dimulai pada Senin ini.
Rupiah ditutup menguat 35 poin atau 0,24% menjadi Rp14.845 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.880 per dolar AS.
“Pekan ini, pemberlakuan PSBB total di DKI Jakarta sudah dimulai dan ternyata tidak terlalu total. Padahal semula pasar begitu khawatir dengan implementasi PSBB di ibu kota, sehingga pelaku pasar kembali lega dan bekerja seperti biasanya serta kekhawatiran gerak roda ekonomi akan seret kembali sirna,” kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi.
Dari domestik, sentimen lainnya yaitu BPS yang mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 mengalami surplus US$2,33 miliar, dengan nilai ekspor US$13,16 miliar dan impor US$10,74 miliar.
Dari eksternal, perkembangan positif dari pengembangan vaksin COVID-19, membantu mengangkat persepsi pelaku pasar. Pasar juga terus memantau perkembangan tentang Brexit.
Selain itu, investor juga menanti hasil pertemuan kebijakan bank sentral AS The Fed pada Rabu, 16 September 2020, serta pertemuan bank sentral Jepang dan Inggris pada Kamis, 17 September 2020.
Secara khusus, pertemuan The Fed minggu ini akan menjadi yang pertama sejak Gubernur The Fed Jerome Powell mengumumkan pergeseran ke arah toleransi yang lebih besar terhadap inflasi dan secara efektif berjanji untuk mempertahankan suku bunga rendah lebih lama.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.805 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.805 per dolar AS hingga Rp14.864 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.870 per dolar AS. Posisi itu lebih tinggi dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.974 per dolar AS. (SKO)