Neraca Perdagangan Surplus US$2,09 Miliar pada Mei 2020
JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2020 surplus sebesar US$2,09 miliar, setelah sebelumnya terjadi defisit US$372,1 juta. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan surplus tersebut utamanya didukung oleh surplus neraca perdagangan nonmigas dan perbaikan defisit neraca perdagangan migas. “Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Mei 2020 […]
Industri
JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2020 surplus sebesar US$2,09 miliar, setelah sebelumnya terjadi defisit US$372,1 juta.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan surplus tersebut utamanya didukung oleh surplus neraca perdagangan nonmigas dan perbaikan defisit neraca perdagangan migas.
“Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Mei 2020 mencatatkan surplus US$4,31 miliar,” ungkapnya dalam siaran tertulis yang dikutip TrenAsia.com, Rabu, 17 Juni 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat defisit US$2,68 miliar.
Menurut Onny, surplus neraca perdagangan tersebut berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. Ke depan, ujarnya, BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk kinerja neraca perdagangan.
Sementara itu, untuk neraca perdagangan nonmigas pada Mei 2020, tercatat surplus sebesar US$2,10 miliar, berbalik dari capaian bulan sebelumnya yang defisit US$81,7 juta.
Perkembangan tersebut, menurut Onny, dipengaruhi oleh penurunan impor nonmigas yang sejalan dengan pelemahan permintaan domestik akibat pandemi COVID-19.
“Penurunan impor nonmigas terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global yang melambat. Meskipun demikian, beberapa komoditas seperti emas, besi, dan baja membaik,” katanya.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas pada Mei 2020 tercatat sebesar US$5,4 juta, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$290,4 juta.
Adapun sejumlah faktor yang memengaruhi perbaikan defisit tersebut adalah penurunan impor migas yang sejalan dengan penurunan permintaan minyak mentah dan hasil minyak, serta peningkatan ekspor migas, terutama oleh pertambangan gas. (SKO)