Ngeri! Buku Mematikan Ini Makan Korban Puluhan Orang
JAKARTA – Siapa sangka, buku yang selalu dianggap sebagai jendela dunia ternyata bisa juga mengerikan bahkan sampai menelan korban jiwa. Di Amerika Serikat, terdapat buku yang disebut-sebut sebagai buku paling mematikan di dunia. Mengapa? Karena sudah terdapat puluhan orang meninggal akibat bersentuhan dengan buku tersebut. Mengutip dari 99.co, buku Shadows from the Walls of Death […]
Nasional & Dunia
JAKARTA – Siapa sangka, buku yang selalu dianggap sebagai jendela dunia ternyata bisa juga mengerikan bahkan sampai menelan korban jiwa.
Di Amerika Serikat, terdapat buku yang disebut-sebut sebagai buku paling mematikan di dunia. Mengapa? Karena sudah terdapat puluhan orang meninggal akibat bersentuhan dengan buku tersebut.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Mengutip dari 99.co, buku Shadows from the Walls of Death terkenal akan “kutukannya” pada tahun 1800-an. Jika Anda mengira ini buku sihir, maka jawabannya adalah bukan.
Buku ini sejatinya merupakan buku yang berisikan berbagai macam wallpaper dinding yang paling popular digunakan di Amerika pada zaman itu.
Ternyata, Shadows from the Walls of Death merupakan sebuah karya dari seorang arsitek bernama Dr. Robert M. Kedzie. Buku ini pertama kali dipublikasikan pada 1874.
Naas, buku arsitektur tersebut ternyata terbukti sebagai dalang meninggalnya puluhan orang yang sempat berkontak fisik secara langsung dengannya. Lantas apa yang salah dari buku itu?
Menurut penelitian, 87 dari 100 halaman buku tersebut mengandung senyawa arsenik yang sangat mematikan. Racun ini dapat menimbulkan efek fatal bagi siapapun yang menyentuh atau bahkan hanya menghirup udara di sekitar buku.
Usut punya usut, penulisnya yakni Dr. Kedzie memang sengaja menjadikan buku tersebut sebagai sebuah dokumentasi dari wallpaper dinding yang berbahaya pada zaman itu.
Sayangnya, buku ini tidak dilengkapi dengan tanda peringatan berbahaya, sehingga sampai merenggut nyawa saat dipindahtangankan.
Kala itu, Amerika Serikat sempat geger dengan penemuan buku beracun ini. Sontak, banyak perpustakaan yang menyerahkan buku ini ke laboratorium untuk dibakar.
Menurut informasi dari Atlas Obscura, hanya ada empat buku yang selamat dari pembakaran massal. Dua di antaranya kini berada di University of Michigan. Sementara dua lainnya disimpan di tempat yang dirahasiakan.
Untuk mencegah jatuhnya korban lagi, tiap lembar buku tersebut kini dilapisi oleh plastik.