Nilai Kurs Rupiah Berpotensi Menguat Jelang Rilis Inflasi AS, Ini Alasannya
- Nilai kurs rupiah dibuka menguat 3 poin di posisi Rp15.572 per-dolar AS pada Rabu, 11 Januari 2023
Pasar Modal
JAKARTA - Nilai kurs rupiah berpotensi menguat pada perdagangan hari ini menjelang perilisan data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Desember 2022.
Menurut data perdagangan Bloomberg, Rabu, 11 Januari 2023, nilai kurs rupiah dibuka menguat 3 poin di posisi Rp15.572 per-dolar AS.
Pada perdagangan sebelumnya, Selasa, 10 Januari 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 8 poin di level Rp15.575 per-dolar AS.
- IHSG Berpeluang Menguat Terbatas, Intip Rekomendasi Saham dari BNI Sekuritas Hari Ini!
- Pelopor Bisnis Kripto Perbankan Keluar dari Industri
- Warren Buffet Lepas Kepemilikan Saham 'Tesla' Asal China, Apa yang Terjadi?
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, nilai kurs rupiah berpotensi menguat pada perdagangan hari ini tatkala para investor tengah menanti perilisan data inflasi di Negeri Paman Sam.
Pasar memperkirakan inflasi AS kembali turun pada periode Desember 2022 dan mendorong ekspetasi kenaikan suku bunga bank sentral The Federal Reserve (The Fed) yang lebih kecil.
"Data inflasi AS yang akan dirilis besok malam diekspetasikan akan turun," ujar Ariston kepada TrenAsia, Rabu, 11 Januari 2023.
Menurut Ariston, untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah berpotensi menguat ke Rp15.550 per-dolar AS dengan potensi resistance di kisaran Rp15.600 per-dolar AS.
- Sri Mulyani Tegaskan Gaji Rp5 Juta Tidak Kena Pajak 5 Persen, Ini Hitungannya
- 3 Cara Sederhana Agar Anda Bahagia
- Ingin Cepat Kaya? Coba Gaya Hidup Frugal Living
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi pun mencermati kondisi yang serupa, yakni mengenai perhatian pelaku pasar yang tengah tertuju pada data inflasi AS yang akan dirilis pada Kamis, 12 Januari 2023 waktu setempat.
Ibrahim bahkan mengatakan, saat ini tengah tumbuh ekspetasi bahwa siklus kenaikan suku bunga The Fed sedang mendekati puncaknya, dan salah satu faktornya adalah dibukanya pembatasan di China dalam rangka meredam kasus COVID-19.
"Pasar semakin ragu bahwa The Fed harus mengambil suku bunga di atas 5% untuk mendinginkan inflasi karena dampak dari kenaikan suku bunga yang agresif tahun lalu sudah terasa," ujar Ibrahim dikutip dari riset harian, Rabu, 11 Januari 2023.