<p>Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di kantor cabang Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 22 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Nilai Kurs Rupiah Diprediksi Bisa Tembus Rp15.400 per USD, Inilah 5 Faktor yang Memengaruhi

  • Dikutip dari data Bloomberg, Rabu, 12 Oktober 2022, nilai kurs rupiah dibuka melemah 7 poin di level Rp15.364 perdolar AS.
Pasar Modal
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Nilai kurs rupiah diprediksi bisa menembus Rp15.400 per dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan hari ini seiring dengan beberapa faktor ekonomi yang memengaruhinya.

Dikutip dari data Bloomberg, Rabu, 12 Oktober 2022, nilai kurs rupiah dibuka melemah 7 poin di level Rp15.364 perdolar AS.

Pada perdagangan sebelumnya, yakni Selasa, 11 Oktober 2022, nilai kurs rupiah ditutup di level Rp15.357 perdolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah berpotensi untuk menembus Rp15.400 perdolar AS.

Ibrahim pun menyampaikan lima faktor yang terus mendorong rupiah untuk melemah dalam waktu dekat ini.

Yang pertama adalah konflik Rusia-Ukraina yang semakin memanas. Bahkan, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memberi peringatan bahwa risiko resesi global akan meningkat akibat dari konflik tersebut yang pada gilirannya mendorong naik level inflasi.

Kedua, perlambatan pertumbuhan pada negara-negara maju. Roda perekonomian di wilayah Eropa melambat karena lonjakan harga gas alam.

Kemudian, perlambatan juga terjadi di China karena kebijakan zero COVID policy dan volatilitas di sektor perumahan.

IMF pun memperkirakan sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami kontraksi setidaknya dua kuartal berturut-turut untuk tahun ini dan tahun depan.

Ketiga, suku bunga yang semakin tinggi dari bank-bank sentral negara maju, termasuk The Federal Reserve (The Fed).

Suku bunga The Fed diperkirakan akan dikerek sebesar 75 basis poin pada pertemuan Oktober 2022. Sementara itu, para analis dan ekonom memperkirakan suku bunga bank sentral AS itu akan menyentuh 4,5% pada Februari 2023.

Keempat, kondisi iklim yang dapat mempengaruhi rantai pasokan untuk komoditas pangan, dan yang kelima, tingginya harga energi yang sangat menghantam negara-negara berkembang.

Ibrahim pun berpendapat bahwa IMF dan Bank Dunia harus mengadvokasi bank-bank sentral untuk melanjutkan upaya menahan inflasi meskipun berdampak negatif pada pertumbuhan.

"Langkah-langkah fiskal harus ditargetkan dengan baik untuk memastikan mereka tidak menambahkan lebih banyak bahan bakar ke api inflasi," ujar Ibrahim dikutip dari riset harian, Rabu, 12 Oktober 2022.