Ilustrasi mata uang dolar Amerika Serikat dan euro. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/pri (REUTERS/Dado Ruvic)
Dunia

Nilai Mata Uang Euro Diprediksi Tak Akan Pulih hingga Krisis Gas Berakhir

  • Nilai tukar mata uang euro terhadap dolar masih lemah hari ini. Analis dari Societe Generale memprediksi hal ini tak akan pulih hingga krisis gas di Eropa berakhir.
Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

EROPA - Nilai tukar mata uang euro terhadap dolar masih lemah hari ini. Analis dari Societe Generale memprediksi hal ini tak akan pulih hingga krisis gas di Eropa berakhir.

Pada pembukaan hari ini, nilai mata uang Euro diperdagangkan sebesar US$0,9968. Secara persentase, nilai tukar Euro terhadap dolar melemah hingga 12%. Ini sekaligus mencatat mata uang bersama Negara Eropa itu mencapai titik terlemah sejak dua dekade terakhir.

Direktur strategi FX di Societe Generale, Kit Juckes mengatakan krisis dan naiknya harga energi seperti gas telah menampar ekonomi Benua Biru. Sebab, Eropa diketahui sebagai importir besar gas bumi.

"Selama krisis energi berlangsung, Euro akan berlabuh. Saya tidak bisa melihat rebound yang signifikan untuk mata uang Eropa mana pun, sampai kita melewati krisis gas," ujar Juckes dikutip TrenAsia. com dari Insider Kamis, 25 Agustus 2022.  

Harga gas alam diketahui telah melonjak lebih tinggi untuk Uni Eropa tahun ini. Hal ini dipicu aksi Rusia secara tajam mengurangi aliran ke wilayah itu lantaran Moscow terkena sanksi setelah invasi Rusia ke Ukraina terjadi akhir Februari lalu .

Alhasil, melonjaknya  harga gas alam kemudian mendorong harga listrik ke rekor tertinggi. Ini lantas memicu ekspektasi luas bahwa tekanan pada rumah tangga dan bisnis akan mendorong ekonomi Uni Eropa ke dalam resesi. 

Perkiraan kami saat ini memperkirakan Euro ke dolarAS akan turun di kuartal-III, dalam kisaran 0,95-1,0," kata Juckes.

Sebagai pembanding, Juckes mencontohkan menunjuk periode krisis  sebelumnya saat  harga energi yang tinggi untuk menarik kontras. 

Ketika harga minyak naik menjelang krisis keuangan global 2008, Juckes bilang, baik perdagangan Eropa dan AS menderita. Ini bisa dilihat dengan mengacu pada rasio antara harga ekspor suatu negara dan harga impornya.

"kali ini, efek relatifnya benar-benar berbeda," katanya. Untuk Euro, itu hanya menyoroti skala tantangan yang dihadapi benua, " tambahnya.
Sekadar Informsi, Bank Sentral Eropa kemungkinan akan meningkatkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada  September mendatang. Langkah tersebut dilakukan untuk  memerangi inflasi yang tinggi. 

Sebelumnya pada  Juni, Bank Sentral Eropa meningkatkan suku bunga utamanya sebesar 50 poin. Ini merupakan kenaikan pertama dalam 11 tahun. 

Federal Reserve secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga dana federal sebesar 50 basis poin atau 75 basis poin.  Sedangkan suku bunga utama AS telah dinaikkan empat kali pada tahun 2022, ke kisaran 2,25% hingga 2,75%.