Nilai Transaksi Bisnis Fintech GoTo Melonjak 65 Persen, Rugi EBITDA Turut Tajam
- GTV inti dari unit bisnis Financial Technology mencapai Rp56,2 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 65% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain itu, GTV keseluruhan pada kuartal ini mencapai Rp115,3 triliun, meningkat 27% secara year-on-year (yoy).
Fintech
JAKARTA - Unit Bisnis Financial Technology dari PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mencatat lonjakan nilai transaksi bruto atau Gross Transaction Value (GTV), pengurangan rugi, serta efisiensi biaya operasional.
Pertumbuhan GTV Inti
GTV inti dari unit bisnis Financial Technology mencapai Rp56,2 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 65% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain itu, GTV keseluruhan pada kuartal ini mencapai Rp115,3 triliun, meningkat 27% secara year-on-year (yoy).
Peningkatan Unduhan Aplikasi GoPay
Aplikasi GoPay telah diunduh lebih dari 30 juta kali secara kumulatif hingga 30 Juni 2024. Peningkatan jumlah pengguna ini turut mendukung pertumbuhan pendapatan bruto unit bisnis Financial Technology, yang mencapai Rp788 miliar, meningkat 97% yoy. Peningkatan pendapatan ini didorong oleh tingginya adopsi aplikasi GoPay dan peningkatan layanan pinjaman yang disalurkan melalui platform tersebut.
- Pendapatan Sewa Menara Kerek Laba Bersih MTEL ke Level Rp1,06 Triliun
- Raup Pendapatan Rp75,29 Triliun, Ini Keran Cuan Telkom (TLKM) di Semester I-2024
- Dua Perusahaan Ini Borong Emas BRMS di Semester I-2024
Efisiensi Biaya dan Pengurangan Rugi
Biaya kas rutin unit bisnis Financial Technology berkurang 7% yoy menjadi Rp437 miliar, seiring dengan pengurangan biaya infrastruktur IT. Rugi EBITDA yang disesuaikan juga berkurang sebesar 67% yoy menjadi Rp168 miliar, atau 0,1% dari GTV unit bisnis ini.
Pertumbuhan Layanan Pinjaman
Tingkat pemberian pinjaman dari bisnis pinjaman konsumen GoTo, yang mencakup produk Buy Now Pay Later (BNPL) dan pinjaman tunai, tumbuh sekitar 3,5 kali lipat secara tahunan menjadi Rp3,5 triliun. Pertumbuhan ini diiringi dengan tingkat kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) yang stabil dibandingkan kuartal sebelumnya.
Selain itu, GoTo telah meluncurkan produk BNPL sebagai metode pembayaran berbentuk cicilan untuk pengguna yang berbelanja di Tokopedia melalui platform TikTok.
Kinerja Keuangan Grup GoTo
Secara keseluruhan, Grup GoTo mencatatkan GTV inti sebesar Rp63,2 triliun, tumbuh 54% yoy, sementara GTV Grup mencapai Rp121,5 triliun, meningkat 26% yoy. Pendapatan bruto Grup tumbuh 39% yoy mencapai Rp4,3 triliun, didorong oleh pertumbuhan pengguna pada segmen layanan hemat dari On-Demand Services dan peningkatan penggunaan aplikasi GoPay. Rugi EBITDA Grup yang disesuaikan membaik sebesar 95% yoy dan 53% dibandingkan kuartal sebelumnya mencapai Rp48 miliar.
Baca Juga: Rugi Bersih Konsisten Turun, Lending Fee GOTO Semester I-2024 Naik Ratusan Persen
Strategi Fokus pada Konsumen Mass Market
Patrick Walujo, Direktur Utama Grup GoTo, menyatakan bahwa percepatan pertumbuhan di kuartal kedua menegaskan tepatnya strategi perusahaan untuk fokus pada konsumen mass market. GoTo akan terus memberikan solusi bagi seluruh konsumen, baik yang membutuhkan kenyamanan maupun yang mementingkan harga.
Langkah ini akan menjadi landasan pertumbuhan perusahaan, seiring dengan upaya meningkatkan topline serta komitmen untuk mencapai EBITDA yang disesuaikan breakeven untuk keseluruhan tahun buku 2024.
"Percepatan pertumbuhan di kuartal kedua kembali menegaskan tepatnya strategi untuk fokus pada konsumen mass market. Kami akan terus memberikan solusi bagi seluruh konsumen kami, baik yang membutuhkan kenyamanan maupun mementingkan harga. Langkah ini akan terus menjadi landasan pertumbuhan Perseroan, seiring dengan upaya kami meningkatkan topline serta terus berkomitmen mencapai EBITDA Grup yang disesuaikan breakeven untuk keseluruhan tahun buku 2024," kata Patrick melalui pengumuman yang diterima TrenAsia, Rabu, 31 Juli 2024.
Tantangan dan Peluang
Di tengah pencapaian ini, Jacky Lo, Direktur Keuangan Grup GoTo, menyoroti beberapa tantangan dan peluang yang dihadapi perusahaan. Pada kuartal kedua 2024, jumlah pelanggan Gojek Plus tumbuh dua kali lipat, sementara adopsi aplikasi GoPay dan produk pinjaman terus meluas.
Pertumbuhan pengguna bertransaksi bulanan (Monthly Transacting User/MTU) Grup GoTo meningkat sebesar 20% yoy. Pertumbuhan ini tercapai seiring pengurangan beban usaha dan perbaikan EBITDA yang disesuaikan, yang dilaporkan secara tahunan selama delapan kuartal berturut-turut.
"Kami meyakini bahwa Perseroan berada pada jalur yang tepat untuk terus tumbuh sekaligus terus berkomitmen mencapai target profitabilitas," papar Jacky.
Posisi Keuangan
GoTo juga mencatat total kas, setara kas, dan deposito jangka pendek sebesar Rp22,0 triliun (sekitar US$1,34 miliar) pada 30 Juni 2024. Beban kas rutin Grup menurun 5% yoy, dengan biaya korporasi rutin yang dilaporkan turun 44% yoy menjadi Rp201 miliar.
- Saham ASII Mulai Bersemangat Jelang Rilis Lapkeu, Intip Target Sahamnya
- Roti Okko Ditarik dari Pasaran, Aoka Melenggang
- Penjualan HMSP Tetap Tangguh Meski Tergerus Kenaikan Tarif Cukai
Kemitraan Strategis dan Rencana Masa Depan
Sebagai bagian dari kemitraan strategis dengan TikTok, GoTo mendapatkan e-commerce service fee secara kuartalan dari Tokopedia. Pada kuartal kedua, GoTo membukukan e-commerce service fee senilai Rp171 miliar atau Rp157 miliar bersih setelah mengesampingkan PPN.
Selain itu, GoTo telah melakukan divestasi dari layanan pengiriman dan pemenuhan yang dilaksanakan oleh GoTo Logistics, untuk mendukung Tokopedia. Langkah ini tidak berdampak pada GoSend, layanan pengiriman konsumen-ke-konsumen yang tersedia melalui aplikasi Gojek.
Rencana Penarikan Kembali Saham Treasuri
GoTo juga mengumumkan rencana untuk menarik kembali saham treasuri terkait inisiatif pembelian kembali saham yang dilakukan pada tahun 2021 dan 2022. Rencana ini akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada bulan Agustus.
Dengan persetujuan pemegang saham, GoTo akan mengurangi modal dengan menarik kembali 10.264.665.616 saham Seri A, yang dibeli kembali pada tahun 2021 dan 2022. Langkah ini diharapkan dapat menambah nilai bagi pemegang saham dengan mengurangi jumlah saham yang beredar.