Nasabah melakukan transaksi menggunakan mesin ATM di kantor cabang Bank BCA, Gandaria City, Jakarta, Kamis, 16 Desember 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Nasional

Nilai Transaksi Layanan Perbankan Digital Terus Meningkat, ATM Perlahan Ditinggalkan

  • Menurut data yang dihimpun BI, nilai transaksi uang elektronik pada Mei 2022 mencapai Rp32 triliun atau tumbuh sebesar 35,25% year-on-year (yoy) sementara nilai transaksi digital banking mengalami pertumbuhan 20,82% yoy menjadi Rp3,76 kuadriliun.
Nasional
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa nilai transaksi layanan perbankan digital terus meningkat. 

Sementara itu, nilai transaksi Anjungan Tunai Mandiri (ATM) mengalami pertumbuhan yang lebih rendah.

Menurut data yang dihimpun BI, nilai transaksi uang elektronik pada Mei 2022 mencapai Rp32 triliun atau tumbuh sebesar 35,25% year-on-year (yoy). Sementara nilai transaksi digital banking mengalami pertumbuhan 20,82% yoy menjadi Rp3,76 kuadriliun.

"Layanan perbankan digital secara keseluruhan di tahun ini diperkirakan naik menjadi Rp51 kuadriliun," ujar Perry dalam acara Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (Fekdi) 2022 yang berlangsung di Bali dan ditayangkan secara virtual, Senin, 11 Juli 2022.

Sementara nilai transaksi layanan perbankan digital terus mengalami pertumbuhan pesat, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, debit, dan kredit hanya mengalami peningkatan 5,43% yoy menjadi Rp630,9 triliun.

"Dukungan BI dalam mewujudkan ekonomi keuangan digital nasional guna mengakselerasi pemulihan ekonomi semakin diperkuat, khususnya melalui kebijakan digitalisasi sistem pembayaran," ujar Perry.

Menteri Koordinator Bidang  Perekonomian Airlangga Hartarto yang turut hadir dalam perhelatan Fekdi 2022 pun menyampaikan bahwa pandemi COVID-19 telah melahirkan prospek cerah pada potensi ekonomi dan keuangan digital Indonesia.

Per tahun 2021 saja, nilai transaksi digital sudah mencapai Rp401 triliun seiring dengan meningkatnya akseptasi dan preferensi berbelanja online atau daring. Selain itu, perluasan sistem pembayaran digital dan akselerasi layanan perbankan pun mendukung pertumbuhan tersebut.

Pada tahun 2025, potensi ekonomi digital Indonesia diprediksi bisa mencapai sekitar Rp2,05 kuadriliun. Kemudian, pada tahun 2030, potensi tersebut diprediksi mencapai Rp4,53 kuadriliun.

"Indonesia juga menjadi tujuan investasi digital terpopuler di Asia Tenggara atau mewakili 40% digitalisasi di Asia Tenggara dengan didukung upaya perbaikan iklim usaha yang kondusif," kata Airlangga.