Nasional

Nota Kesepakatan Ditandatangani, GIMNl : Harusnya Ekspor Minyak Sawit Meningkat Tahun Depan

  • Pengusaha Indonesia dengan Tiongkok telah menandatangani nota kesepakatan atas komitmen China untuk membeli 1 juta produk minyak sawit mentah (CPO). Penandatanganan dilakukan di Kementerian Perdagangan Indonesia dan Kementerian Perdagangan China.
Nasional
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - Pengusaha Indonesia dengan Tiongkok telah menandatangani nota kesepakatan atas komitmen China untuk membeli 1 juta produk minyak sawit mentah (CPO). Penandatanganan dilakukan di Kementerian Perdagangan Indonesia dan Kementerian Perdagangan China.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNl) Sahat Sinaga mengatakan, pengusaha minyak kelapa sawit menargetkan setelah adanya hal ini maka ekspor minyak sawit semakin meningkat tahun depan.

"Yang terpenting adalah kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan bilateral bisnisnya terutama dari sawit apalagi dunia lagi kekurangan akan bahan nabati," kata  Sahat Sinaga ditemui di Kementerian Perdagangan pada Jumat, 11 November 2022.

Sahat menegaskan dalam penandatangan yang dilakukan di Kementerian Perdagangan memang bukan kesepakatan nilai ekspor CPO dan turunannya yang akan diekspor. Tetapi lebih kepada menambah komitmen kedua negara untuk meningkatkan kerja sama dalam ekspor dan impor.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN), Rapolo Hutabarat mengungkapkan adanya penambahan atas ekspor CPO ke depannya diperkirakan bisa lebih dari 1,5 juta ton.

"Kalau China kalau diambil porsi selama ini 3 tahun terakhir, volume 33% terhadap total ekspor oleochemicals Indonesia. Lima tahun volume ada di 4,4 juta ton ini total ya. Nah dengan penambahan MoU ini dengan pemerintah bisa lebih 1,5 juta tambahannya," ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan Indonesia dan Tiongkok melakukan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama perdagangan dan kontrak dagang antara asosiasi dan pelaku usaha Indonesia juga Tiongkok. Adapun produknya berupa minyak kelapa sawit (CPO) dan perikanan. Adapun kontrak baru yang diteken senilai US$2,6 miliar atau setara dengan Rp40,3 triliun (kurs Rp15,500 dolar AS).