Gedung Bank CIMB Niaga di kawasan Sudirman, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Perbankan

NPL Di Bawah Industri, Inilah 4 Pilar Strategis CIMB Niaga untuk Jaga Performa Bisnis

  • Sementara itu, Perseroan pun mencatat perolehan laba sebelum pajak (unaudited) sebesar Rp6,6 triliun dalam sembilan bulan pertama tahun 2024 (9M24), mengalami kenaikan sebesar 5,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT Bank CIMB Niaga Tbk (IDX: BNGA) mencatat non-performing loan (NPL) gross sebesar 2% pada akhir September 2024, yang mana angka tersebut berada di bawah rata-rata industri sebesar 2,21% pada periode yang sama.

Sementara itu, Perseroan pun mencatat perolehan laba sebelum pajak (unaudited) sebesar Rp6,6 triliun dalam sembilan bulan pertama tahun 2024 (9M24), mengalami kenaikan sebesar 5,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Laba ini berkontribusi pada peningkatan earnings per share (EPS) menjadi Rp204,34. Lani Darmawan, Presiden Direktur CIMB Niaga, menyatakan bahwa peningkatan laba tersebut didorong oleh fokus bank pada kualitas aset serta efisiensi dalam operasional.

“Kami bangga dapat terus memberikan imbal hasil yang menarik bagi para pemegang saham. Meski menghadapi kondisi ekonomi yang beragam, CIMB Niaga tetap mempertahankan kualitas aset dengan rasio gross non-performing loan (gross NPL) pada 2,0%, yang lebih rendah dibandingkan rata-rata industri,” ujar Lani melalui pernyataan tertulis, dikutip Jumat, 8 November 2024.

Menurutnya, hasil ini menunjukkan penerapan prinsip kehati-hatian dan pengelolaan aset yang proaktif, sehingga mendukung performa yang berkelanjutan.

Empat Pilar Strategis untuk Pertumbuhan Ke Depan

Dalam menghadapi tantangan ekonomi yang dinamis, Lani menyebut bahwa CIMB Niaga tetap optimis untuk meraih hasil yang baik di sisa tahun 2024. 

Bank ini mengembangkan strategi jangka panjang yang berfokus pada empat pilar utama, yakni pengalokasian aset yang baik, perluasan basis nasabah ritel, penguatan portofolio dana murah, serta peningkatan keterlibatan digital. 

“Dengan memperkuat modal dan likuiditas, kami juga berusaha meningkatkan ketahanan operasional dan risiko. Kami percaya pendekatan strategis ini penting dalam beberapa tahun terakhir,” jelas Lani.

Melalui pendekatan ini, CIMB Niaga berharap dapat terus melayani nasabah dengan standar layanan yang tinggi serta produk yang inovatif. 

Lani menekankan bahwa visi bank adalah menjadi institusi keuangan yang siap menghadapi masa depan, dengan selalu menerapkan nilai #WorkFromHeart untuk pelayanan yang lebih baik.

Baca Juga: CIMB Niaga Optimistis Tren Green Financing akan Terus Berlanjut di Era Prabowo, Ini Alasannya

Rasio Permodalan dan Likuiditas Tetap Solid

CIMB Niaga juga menjaga posisi permodalan yang kokoh dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 23,4% dan rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) sebesar 84,3% per akhir September 2024. 

Total aset CIMB Niaga secara konsolidasi tercatat sebesar Rp354,3 triliun, menjadikan bank ini sebagai bank swasta nasional terbesar kedua di Indonesia.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Portofolio Kredit

Total Dana Pihak Ketiga (DPK) CIMB Niaga mengalami kenaikan 8,8% secara tahunan (Y-o-Y) menjadi Rp256,0 triliun, terutama dari peningkatan CASA yang naik 8,8% menjadi Rp170,7 triliun. 

CIMB Niaga juga mencatatkan rasio CASA sebesar 66,7%, berkat upaya untuk menjalin hubungan lebih erat dengan nasabah dan peningkatan pengalaman nasabah melalui layanan digital.

Di sisi kredit, CIMB Niaga juga mencatatkan pertumbuhan signifikan, dengan total kredit/pembiayaan meningkat 6,4% year-on-year (yoy) menjadi Rp218,6 triliun. 

Pertumbuhan ini didorong oleh segmen Usaha Kecil Menengah (UKM) yang naik 9,4%, disusul oleh Perbankan Korporat dan Perbankan Konsumer yang masing-masing tumbuh 7,1% dan 5,4%. Peningkatan terbesar terlihat pada Kredit Pemilikan Mobil (KPM) yang melonjak hingga 18,2% yoy.

Unit Usaha Syariah Menjaga Pertumbuhan Positif

CIMB Niaga Syariah, sebagai Unit Usaha Syariah (UUS) CIMB Niaga, berhasil mempertahankan posisi sebagai UUS terbesar di Indonesia dengan total pembiayaan sebesar Rp60,7 triliun, meningkat 14,8% yoy, serta DPK mencapai Rp53,2 triliun atau naik 24,6% Y-o-Y. Pertumbuhan ini terutama disumbang oleh segmen ritel. 

Fokus pada ESG dan Pembiayaan Berkelanjutan

Dalam mendukung prinsip-prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG), CIMB Niaga juga mengalokasikan hampir 25% dari total pembiayaan bank untuk mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon. 

Nilai ini setara dengan Rp54,4 triliun hingga sembilan bulan pertama 2024, sejalan dengan Perjanjian Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).