<p>Gedung BRI di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. / Bri.co.id</p>
Industri

NPL Naik, Laba BRI Kuartal I 2020 Turun Tipis Jadi Rp8,17 Triliun

  • Emiten pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatat penurunan laba bersih 0,3% dari Rp8,19 triliun menjadi Rp8,17 triliun pada kuartal I-2020.

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Emiten pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatat penurunan laba bersih 0,3% dari Rp8,19 triliun menjadi Rp8,17 triliun pada kuartal I-2020. Naiknya rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) jadi salah satu penyebabnya.

Mengutip materi presentasi perseroan, NPL bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara konsolidasi naik menjadi 3%. Meski begitu, Direktur Utama BRI Sunarso menegaskan, NPL BRI masih jauh di bawah batas maksimal NPL yang ditetapkan regulator sebesar 5%.

“BRI mampu tetap tumbuh melalui selective growth dan prudent dalam menyalurkan fasilitas pinjaman,” ungkap Sunarso melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 14 Mei 2020.

Sementara itu, BRI terus fokus menyalurkan kredit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Komposisi kredit UMKM BRI dibandingkan dengan total kredit BRI pun merangkak naik dari 77,37% di kuartal I-2019 menjadi 78,31% pada kuartal I-2020.

Secara total, kredit BRI mampu tumbuh di atas rata-rata industri hingga akhir kuartal I-2020. “Total kredit konsolidasian BRI Rp930,73 triliun atau tumbuh 10,05% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp845,72 triliun. Ini lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit industri sebesar 7,95% di bulan Maret 2020,” imbuh Sunarso.

Di Atas DPK

Sunarso menambahkan, hingga akhir kuartal I-2020 dana pihak ketiga (DPK) BRI tercatat Rp1.029 triliun atau naik sebesar 9,93% year-on-year (yoy). Angka ini juga masih di atas pertumbuhan DPK industri perbankan nasional pada Maret 2020 sebesar 9,54%.

Dana murah (CASA) masih mendominasi portofolio simpanan BRI, mencapai 55,90% dari total DPK atau senilai Rp575,18 triliun.

“Di tengah kondisi yang sedemikian menantang, dengan fokus pada kesehatan aset produktif, dengan nilai aset mencapai Rp1.358,98 triliun hingga akhir kuartal I-2020,” jelas Sunarso.

Sementara itu, dari sisi permodalan, BRI mencatat rasio (capital adequacy ratio/CAR) 18,56% pada akhir kuartal I-2020. “Ini mencerminkan modal BRI cukup kuat untuk melakukan ekspansi dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Di samping itu likuiditas bank bersandi saham BBRI tersebut masih sangat ideal dan BRI mempunyai ruang yang cukup untuk tumbuh secara sehat di mana rasio LDR BRI di kuartal I-2020 tercatat sebesar 90,45%,” tutur Sunarso.

Faktor lain yang menjadi penyokong kinerja BRI adalah peningkatan pendapatan berbasis komisi yang dikerek oleh peningkatan transaksi digital dampak dari pembatasan sosial berksakal besar (PSBB) dan himbauan physical distancing. Pendapatan berbasis komisi BRI pada akhir Maret 2020 tercatat sebesar Rp4,17 triliun atau tumbuh 32,91% yoy.

Kinerja keuangan BRI sepertinya sudah diprediksi oleh para investor. Tampak dari pergerakan harga saham BBRI yang merosot 4,86% sebesar 120 poin ke level Rp2.350 per lembar. Kapitalisasi pasar saham BBRI mencapai Rp289,86 triliun dengan imbal hasil negatif 37,54% dalam setahun terakhir. (SKO)