<p>Petani tengah memanen padi. / Dok. Kementan</p>
Nasional

NTP Juni 2020 Tercatat Naik, Kesejahteraan Petani Tetap Rendah

  • JAKARTA—Nilai Tukar Petani (NTP) disebut masih berada dalam standar impas alias mengindikasikan rendahnya tingkat kesejahteraan petani. Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusat Serikat Petani Indonesia (SPI) Agus Ruli Ardiansyah mengatakan kendati mengalami kenaikan, nilai NTP masih berada di bawah 100. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat NTP Juni 2020 berada di angka 99,6 atau mengalami kenaikan sebesar […]

Nasional
Khoirul Anam

Khoirul Anam

Author

JAKARTA—Nilai Tukar Petani (NTP) disebut masih berada dalam standar impas alias mengindikasikan rendahnya tingkat kesejahteraan petani. Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusat Serikat Petani Indonesia (SPI) Agus Ruli Ardiansyah mengatakan kendati mengalami kenaikan, nilai NTP masih berada di bawah 100.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat NTP Juni 2020 berada di angka 99,6 atau mengalami kenaikan sebesar 0,13 dari bulan sebelumnya Mei 2020. Kenaikan NTP Juni 2020 dipengaruhi oleh naiknya NTP di tiga subsektor, yakni subsektor tanaman pangan (0,04 %), peternakan (1,69 %), dan 3) perikanan (0,38 %). Sementara penurunan terjadi di subsektor hortikultura (1,15 %) dan tanaman perkebunan rakyat (0,04 %).

“Kenaikan NTP ini pada dasarnya tidak terlalu dirasakan oleh para petani di wilayah. Hal ini mengingat kondisi saat ini masih tidak jauh berbeda dari bulan-bulan sebelumnya karena terkendala pandemi,” kata Agus dalam keterangan yang diterima TrenAsia.com, Sabtu, 4 Juli 2020.

Data BPS menyebut, kenaikan NTP terjadi di Tuban, Jawa Timur. Kenaikan tersebut pada harga gabah dari Rp4.600 menjadi Rp5.100 per kilogarm. Selain itu kenaikan pada beras, yakni  dari Rp8.000 menjadi Rp9.000 per kilogam. Sementara untuk tanaman jagung masih bertahan di Rp3.400 per kilogram.

Adapun penurunan nilai NTP terbesar terjadi di subsektor tanaman hortikultura, yakni disumbang dari sayur-sayuran (bawang merah dan cabai rawit), buah-buahan (pisang dan jeruk) serta tanaman obat (kencur dan jahe).

Agus memaparkan, penurunan harga tanaman hortikultura, yakni tanaman cabai, terjadi salah satunuya di daerah Lampung. Penurunan harga cabai, jelas Agus, dipengaruhi faktor masih sulitnya distribusi hasil panen ke kota-kota terdekat, seperti Palembang dan Jakarta.

“Faktor lainnya adalah saat ini tengah memasuki masa panen serempak di berbagai daerah,” jelasnya.

Subsektor Lain

Lebih lanjut, Agus mengatakan, subsektor lain yang menjadi perhatian adalah di sektor perikanan. Menurut Agus, meski BPS mencatat kenaikan untuk subsektor perikanan, data yang didapatkan dari petani anggota SPI di Yogyakarta menjelaskan adanya penurunan harga cukup besar.

“Hal ini mengingat turunnya permintaan dari hotel, restoran, sampai dengan warung akibat Pandemi,” lanjutnya.

Agus juga mengungkapkan, kondisi mengkhawatirkan dialami petani tanaman perkebunan. Disebutkan, NTP Juni 2020 masih di bawah angka impas, yakni masih 98,29.

“Harga Tandan Buah Segar (TBS) yang diterima petani sawit anggota SPI di lapangan, di Asahan, Sumatera Utara, masih sekitar Rp1.080—Rp1.120 per Kg. Harga ini masih belum menutup untuk pupuk, hingga ongkos memanen,” ungkapnya.

Stimulus untuk Petani

Sementara itu, Agus mengungkapkan bahwa stimulus yang diberikan pemerintah untuk mengatasi masalah di tingkat petani belum terwujud.

“Laporan dari anggota-anggota kami di daerah menyebutkan komitmen pemerintah untuk memberikan bantuan khusus kepada petani belum terealisasi. Padahal anggarannya, kan, sudah dialokasikan dan serapannya masih rendah,” kata dia.

Agus menekankan perlunya pembenahan dalam manajemen dan perencanaan hasil pertanian. Hal ini, menurutnya, memerlukan koordinasi dengan pemerintah daerah. Dia juga menegaskan bahwa pandemi harus dijadikan momentum untuk pembenahan terhadap orientasi pertanian.

“Orientasi pertanian kita harus disesuaikan dengan konsep kedaulatan pangan, di mana kebutuhan di tingkat lokal harus diutamakan. Dengan kedaulatan pangan juga menjamin para petani memiliki hak untuk menentukan pangannya secara mandiri, meliputi alat dan sistem produksi serta pemasaran dibidang pertanian, peternakan dan perikanan,” katanya.