<p>Seorang anggota staf menguji sampel vaksin COVID-19 yang tidak aktif di pabrik produksi vaksin National Pharmaceutical Group (Sinopharm) di Beijing, China. / Foto: Xinhua</p>
Dunia

Nyaris Samai PD II, Kematian Akibat Pandemi di Amerika Bisa Capai 400.000 Orang

  • WASHINGTON- Sekitar 400.000 kematian dapat terjadi di Amerika hingga akhir tahun 2020 sebagai akibat pandemi COVID-19. Angka mengejutkan tersebut dikeluarkan oleh sebuah studi baru  yang menyebutkan perkiraan mencakup orang yang meninggal karena COVID-19, serta mereka yang meninggal karena gangguan akibat pandemi. Dalam studi yang diterbitkan Senin 12 Oktober Oktober 2020 di jurnal JAMA, para peneliti […]

Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

WASHINGTON- Sekitar 400.000 kematian dapat terjadi di Amerika hingga akhir tahun 2020 sebagai akibat pandemi COVID-19.

Angka mengejutkan tersebut dikeluarkan oleh sebuah studi baru  yang menyebutkan perkiraan mencakup orang yang meninggal karena COVID-19, serta mereka yang meninggal karena gangguan akibat pandemi.

Dalam studi yang diterbitkan Senin 12 Oktober Oktober 2020 di jurnal JAMA, para peneliti menganalisis data kematian Amerika secara keseluruhan selama periode lima bulan pada 2020. Penulis menggunakan data ini untuk memperkirakan excess deaths atau kematian tambahan, yaitu jumlah kematian di luar tren historis Amerika.

Para peneliti menemukan dari 1 Maret hingga 1 Agustus 2020, ada peningkatan 20% kematian di Amerika dengan 225.530 adalah excess deaths. Dari jumlah tersebut, dua pertiga dikaitkan langsung dengan COVID-19, sementara sisanya disebabkan oleh kondisi lain.

Menurut penelitian yang dipimpin oleh Dr.Steven Woolf dari Virginia Commonwealth University School of Medicine tersebut, beberapa dari kematian non-COVID-19 ini mungkin sebenarnya disebabkan infeksi COVID-19 yang tidak dikenali, sementara yang lain mungkin terkait dengan gangguan pandemi

Sebagai misal, beberapa kematian mungkin telah terjadi di antara mereka yang menunda ke dokter karena takut terinfeksi COVID-19. Menariknya, penulis menemukan peningkatan signifikan dalam kematian akibat penyakit jantung selama lonjakan kasus COVID-19 pada musim semi.

Dr. Howard Bauchner, pemimpin redaksi dari JAMA, dan Dr. Phil Fontanarosa, editor eksekutif JAMA, menulis dalam editorial yang menyertai penelitian itu menyebutkan, lebih dari 225.000 kematian tambahan selama periode lima bulan dan diperkirakan total kematian berlebih pada 2020 akan 400.000 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.

“Kematian ini mencerminkan ukuran sebenarnya dari korban jiwa akibat Pandemi Besar tahun 2020,” kata editorial itu.

Jumlah kematian tambahan ini jauh melebihi jumlah kematian warga Amerika dari beberapa konflik bersenjata, seperti Perang Korea dan Perang Vietnam dan mendekati jumlah kematian akibat Perang Dunia II (PD II).  Menurut editorial tersebut, lebih ebih dari 405.000 orang Amerika diperkirakan tewas dalam Perang Dunia II.

Temuan dari Woolf dan rekannya lebih jauh mengkonfirmasi bahwa penghitungan resmi kematian COVID-19 di Amerika terlalu rendah. Memang, menurut data dari Universitas Johns Hopkins, Amerika melampaui 200.000 kematian akibat COVID-19 pada 22 September, tetapi studi baru menemukan bahwa kematian berlebih melampaui tingkat ini lebih dari sebulan sebelumnya.

Efek Yang Luas

Tragedi COVID-19 memiliki konsekuensi yang luas, terutama untuk kesehatan mental. “Efek kematian akibat COVID-19 pada kesehatan mental akan sangat besar,” kata Dr. Naomi Simon, Direktur Program Anxiety and Complicated Grief Disorders di NYU Grossman School of Medicine, dan penulis artikel ” viewpoint ” yang menyertai penelitian tersebut.

Viewpoint mencatat bahwa setiap kematian akibat COVID-19 membuat sekitar sembilan anggota keluarga kehilangan dan itu dirasakan jutaan orang yang berduka di negara tersebut.

“Selain itu stres dan gangguan sosial yang disebabkan oleh pandemi telah meningkatkan depresi dan kecemasan secara global, dan berdampak buruk pada banyak individu dengan gangguan kejiwaan yang sudah ada sebelumnya dan gangguan penggunaan narkoba,” tulis mereka sebagaimana dikutip Live Science.

Penulis Viewpoint mengatakan gelombang pertama kematian dan gangguan COVID-19 akan membawa efek kesehatan mental “gelombang kedua”. Para penulis menyerukan peningkatan skrining untuk mengidentifikasi orang-orang yang berisiko tinggi mengembangkan kondisi kesehatan mental, serta meningkatkan pelatihan kepada profesional kesehatan untuk merawat orang-orang dengan kesedihan yang berkepanjangan, depresi, stres traumatis, dan penyalahgunaan zat terlarang.