<p>Ilustrasi grafik uang. Dok: Freepik.</p>
Insight Langit Biru

Obligasi Korporasi Bergeliat Kembali, Perusahaan Keuangan Pimpin Emisi Jumbo

  • Sepanjang tahun 2021 ini ketika ekonomi Indonesia masih dihantam efek pandemi COVID-19, sejumlah korporasi tetap menggencarkan strategi mencari pembiayaan lewat penerbitan surat utang atau obligasi. Geliat penerbitan obligasi pada lima bulan pertama tahun ini pun terasa lebih kencang dibandingkan tahun lalu. Dari rekapitulasi data Bursa Efek Indonesia, total emisi obligasi (termasuk sukuk) yang sudah tercatat […]

Insight Langit Biru
Gloria Natalia Dolorosa

Gloria Natalia Dolorosa

Author

Sepanjang tahun 2021 ini ketika ekonomi Indonesia masih dihantam efek pandemi COVID-19, sejumlah korporasi tetap menggencarkan strategi mencari pembiayaan lewat penerbitan surat utang atau obligasi. Geliat penerbitan obligasi pada lima bulan pertama tahun ini pun terasa lebih kencang dibandingkan tahun lalu.

Dari rekapitulasi data Bursa Efek Indonesia, total emisi obligasi (termasuk sukuk) yang sudah tercatat sejak awal Januari hingga 11 Mei 2021 mencapai Rp33,43 triliun. Total emisi ini lebih tinggi 52,02% dari total emisi pada periode sama tahun lalu (1 Januari hingga 11 Mei 2020).

Sebanyak 29 emisi dari 23 emiten telah tercatat di papan perdagangan bursa sepanjang tahun berjalan ini. Penerbit obligasi paling banyak berasal dari sektor keuangan.

Sektor ini juga penyumbang terbesar dari total emisi. Kontribusinya mencapai Rp13,2 triliun atau sekira 39,5% dari total emisi. PT Pegadaian, yang juga dari sektor keuangan, berada di posisi puncak penerbit dengan nilai emisi tertinggi, yakni Rp4,045 triliun.

Emiten dari sektor infrastruktur juga meramaikan pencatatan obligasi sepanjang tahun berjalan ini. Terdapat empat perusahaan infrastruktur yang mencatatkan obligasinya dengan total emisi mencapai Rp7,97 triliun atau 23% dari total seluruh emisi.

Mengekor Pegadaian yang mengeluarkan emisi jumbo, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) mengeluarkan emisi besar, yakni Rp3,885 triliun. Dua kali obligasi dikeluarkannya selama 5 bulan pertama tahun ini.

Dari sisi nilai emisi, sebanyak 11 dari 23 emiten menerbitkan obligasi di atas Rp1 triliun. Hanya lima emiten mengeluarkan obligasi Rp500 miliar ke bawah.

Sementara itu, total nilai emisi obligasi sejak awal Januari sampai 11 Mei 2020 hanya Rp21,99 triliun. Total nilai itu berasal dari 22 emisi yang diterbitkan 19 emiten.

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menjadi penerbit obligasi terbesar, yakni Rp4,93 triliun atau 22,4% dari total emisi. Penerbit obligasi terbesar berikutnya yaitu BUMN keuangan, PT Sarana Multigriya Finansial. Nilai emisinya mencapai Rp4 triliun atau 18,2% dari total emisi.

Menilik besaran emisi, hanya tujuh dari 19 emiten yang ‘berani’ mengeluarkan obligasi dengan nilai Rp1 triliun ke atas. Sebagian besar, tepatnya 10 emiten, menelurkan emisi obligasi dengan nilai Rp500 miliar ke bawah.

Selama lima tahun terakhir, tahun 2020 menjadi tahun yang nilai emisi obligasinya paling kecil. Total emisi obligasi yang tercatat di BEI pada 2020 hanya Rp86,96 triliun, merosot 28,7% dari total emisi tahun sebelumnya. Pandemi COVID-19 menjadi faktor dominan kecilnya total nilai emisi pada saat itu.

Sejak 2016 hingga 2019, total emisi tahunan bisa mencapai di atas Rp100 triliun, tetapi tidak di tahun 2020. Nilai emisi pada 2020 tercatat lebih kecil dari tahun-tahun sebelumnya, meski jumlah emisi dan jumlah emiten yang menerbitkan obligasi tidak jauh berbeda dari tahun-tahun lampau.

Bahkan, di tahun 2020 jumlah emisi sama dengan tahun 2019 dan jumlah emiten penerbit lebih banyak dari 2019. Hal ini mengindikasikan bahwa emiten yang terikat pada tahapan penawaran umum berkelanjutan mengeluarkan emisi obligasi yang nilainya kecil. Indikasi ini juga dapat dibaca sebagai respons pasar obligasi korporasi yang rendah di tengah pandemi COVID-19.