<p>Gedung Bank OCBC NISP. / Ocbcnisp.com</p>
Industri

OCBC NISP Paparkan Proyeksi Pemulihan Ekonomi Tahun 2021

  • JAKARTA – Wealth Management Head PT Bank OCBC NISP Tbk Juky Mariska menyatakan, berbagai kebijakan fiskal dan moneter, serta vaksinasi yang sudah berjalan diharapkan menjadi katalis yang akan mendorong pemulihan ekonomi. Rilisan data purchasing manager index (PMI) manufaktur periode Januari 2021 menunjukkan fundamental Indonesia yang kuat di tengah pandemi. PMI manufaktur berekspansi sebesar 52,2 dan […]

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Wealth Management Head PT Bank OCBC NISP Tbk Juky Mariska menyatakan, berbagai kebijakan fiskal dan moneter, serta vaksinasi yang sudah berjalan diharapkan menjadi katalis yang akan mendorong pemulihan ekonomi.

Rilisan data purchasing manager index (PMI) manufaktur periode Januari 2021 menunjukkan fundamental Indonesia yang kuat di tengah pandemi. PMI manufaktur berekspansi sebesar 52,2 dan cadangan devisa berhasil mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah sebesar US$138 miliar.  Di sisi lain, Produk Domestik Bruto (PDB) kontraksi 2,70% pada 2020.

“Secara keseluruhan, fundamental Indonesia yang baik di tengah proses vaksinasi diharapkan dapat menjadi katalis positif bagi pemulihan ekonomi,” kata Juky melansir publikasi yang diterima TrenAsia.com, Minggu, 7 Maret 2021.

Di pasar saham, Juky menilai fenomena January Effect hanya bertahan di dua minggu pertama Januari 2021. Hal tersebut tidak cukup kuat untuk membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)  menguat di akhir bulan yang justru turun -1,95%.

Penguatan yang terjadi sejak awal bulan akibat optimisme vaksinasi perdana di Tanah Air, membuat para investor merealisasikan keuntungan di minggu terakhir.

“Dalam jangka pendek, kami melihat volatilitas pada pasar saham tetap ada, dengan kasus harian COVID-19 yang masih tinggi,” tambahnya.

Namun, proses vaksinasi serta dukungan pemerintah untuk mendorong pemulihan ekonomi diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi pasar dalam jangka panjang.

Sementara itu, pasar obligasi cukup tertekan selama Januari, imbal hasil pemeritah tenor 10 tahun naik sebesar 5,45% ke level 6,21%.

“Kami menilai pasar obligasi masih cukup menarik untuk level saat ini, dengan adanya ruang untuk pemangkasan suku bunga acuan, dengan rendahnya inflasi dan rupiah yang relatif stabil menguat.”

Ia memperkirakan imbal hasil obligasi akan berada di kisaran 6,00%-6,20% untuk kuartal I-2021.

Sedangkan, mata uang rupiah mengalami penguatan sebesar 0,15% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah berhasil ditutup di bawah level 14.000.

Juky memperkirakan, rupiah masih dapat menguat, ditambah dengan prospek stimulus fiskal AS membuat berkurangnya permintaan mata uang USD sebagai safe haven.