OJK Minta Percepat Audit Forensik BSI
- OJK meminta masyarakat tetap tenang menyikapi beredarnya informasi penyebab gangguan layanan BSI, termasuk serangan virus Ransomware yang dilancarkan Lockbit.
Nasional
JAKARTA—Otoritas Jasa Keuangan (OJK) angkat bicara usai geng hacker Lockbit mengklaim mencuri 1,5 terabyte data dari 15 juta nasabah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Isu pencurian data BSI kini mengemuka usai gangguan layanan BSI pada pekan lalu.
Diketahui, layanan perbankan BSI mengalami gangguan sejak Senin 8 Mei 2023. Namun per Kamis 11 Mei 2023 sejumlah layanan bank pelat merah itu mulai pulih. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan (KEPP) OJK, Dian Ediana Rae, memastikan layanan BSI telah berjalan normal melalui delivery channel yang tersedia.
Pihaknya meminta masyarakat tetap tenang menyikapi beredarnya informasi penyebab gangguan layanan BSI, termasuk serangan virus Ransomware yang dilancarkan Lockbit. Saat ini tim pengawas dan pemeriksa IT OJK terus mengevaluasi sumber gangguan layanan yang dialami BSI.
Pihaknya meminta BSI melakukan percepatan penyelesaian audit forensik yang kini sedang berjalan. “OJK juga mendukung langkah BSI untuk mengedepankan upaya stabilisasi dan peningkatan layanan kepada nasabah melalui perluasan layanan weekend banking,” ujar Dian dikutip dari laman resmi OJK, Senin, 15 Mei 2023.
- Cegah Boros! Ini Cara Menghentikan Kebiasaan Jajan di Luar
- Beli Solar di Jabar & Banten Bakal Wajib Scan Aplikasi MyPertamina
- Tingkatkan Nilai Hidup, Kota Podomoro Tenjo Hadirkan Berbagai Fasilitas Utama bagi Konsumen
Lebih lanjut, OJK mendorong BSI mengoptimalkan pemberian tanggapan atas pengaduan yang diterima dari nasabah dan masyarakat. Hal itu antara lain mengacu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 6/POJK.07/2022 tentang Perlindungan Konsumen dan Masyarakat di Sektor Jasa Keuangan.
“Industri perbankan perlu senantiasa memperhatikan tata kelola, keamanan informasi, dan pelindungan konsumen dalam menghadapi tantangan penggunaan teknologi informasi di era digital,” imbuh Dian.
Terpisah, Direktur BSI Hery Gunardi, mengatakan pihaknya memang menemukan indikasi dugaan serangan siber atas gangguan layanan BSI pekan lalu. Pihaknya telah melakukan evaluasi temporary switch off di beberapa channel agar sistem aman.
Meski demikian, Hery belum dapat menjelaskan secara detail bentuk serangan siber tersebut. “Masih perlu pembuktian lewat audit dan digital forensik,” ujar Hery dalam keterangan resminya.
Pihaknya telah bekerja sama dengan OJK, Bank Indonesia, pemerintah serta pemegang saham untuk menuntaskan permasalahan tersebut. Seiring pesatnya perkembangan teknologi dan perkembangan produk nasabah, BSI menyadari ancaman keamanan siber juga meningkat.
Hery menyebut dalam 90 hari terakhir ada 870.000 security event baik itu serangan maupun pertahanan siber. “Kenyataannnya serangan siber itu memang ada,” pungkasnya.