Ilustrasi kredit bank.
Perbankan

OJK Optimis Penyaluran Kredit 2024 Bisa Tumbuh Double Digit

  • Dalam proyeksinya, Dian menyebutkan bahwa rencana bisnis bank (RBB) untuk periode 2024-2026 memperlihatkan bahwa kredit masih akan terus tumbuh positif.
Perbankan
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit di tahun 2024 akan mengikuti arah positif, didukung oleh permintaan konsumen yang kuat. 

Dalam proyeksinya, Dian menyebutkan bahwa rencana bisnis bank (RBB) untuk periode 2024-2026 memperlihatkan bahwa kredit masih akan terus tumbuh positif. 

Ia mengatakan bahwa pihak OJK optimis tren pertumbuhan kredit akan berlanjut, bahkan mencapai angka double digit pada tahun 2024.

“Kredit diperkirakan melanjutkan tren positif. Kalau kita baca dari RBB itu, mungkin di tahun 2024 ini kita prediksi kredit kita pada angka double digit," kata Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK, Selasa, 9 Januari 2024. 

Dian menekankan bahwa proyeksi pertumbuhan kredit ini sejalan dengan kondisi makro ekonomi Indonesia yang stabil, dengan pertumbuhan sekitar 5%. 

Faktor tambahan yang turut mendukung proyeksi ini adalah aktivitas pemilihan umum yang dijadwalkan pada tahun 2024. OJK juga akan mempertimbangkan faktor-faktor global dan domestik lainnya dalam menilai proyeksi perkembangan kondisi makroekonomi.

Pada tahun 2024, dengan kondisi makrodomestik yang diperkirakan tetap baik, serta pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) yang sehat, diperkirakan Loan to deposit ratio (LDR) akan berada dalam rentang 84-86%. 

Risiko kredit juga diproyeksikan tetap terjaga, dengan non-performing loan (NPL) gross sekitar 2-2,5%. Tingkat profitabilitas perbankan juga diantisipasi tumbuh positif, dengan laba bersih yang diperkirakan meningkat sekitar 9-10% secara year on year, dan capaian Net Interest Margin (NIM) perbankan di kisaran 4-5%.

Berdasarkan Rencana Bisnis Bank 2024-2026, beberapa sektor diidentifikasi sebagai pendorong pertumbuhan kredit, di antaranya sektor rumah tangga, sektor perdagangan, dan sektor industri pengolahan diharapkan akan menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan kredit tersebut. 

Kinerja Perbankan per-November 2023

Pada November 2023, sektor perbankan mencatat pertumbuhan kredit sebesar Rp618,43 triliun atau tumbuh 9,74% secara year-on-year (yoy), yang menjadi indikator positif bagi industri. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit modal kerja, mencapai 10,14% yoy. 

Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit dengan pertumbuhan sebesar 12,13%, dan menyumbang 45,81% dari total kredit perbankan.

Dian pun menyampaikan, meskipun dihadapkan dengan ketidakpastian ekonomi global dan potensi perlambatan pertumbuhan, beberapa indikator kunci menunjukkan kinerja perbankan yang resilien, didukung oleh tingkat profitabilitas dan permodalan yang relatif tinggi.

Hal ini didukung oleh tingkat profitabilitas (Return on Asset/ROA) sebesar 2,73% (meningkat dari Oktober 2023: 2,73%) dan permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang relatif tinggi, mencapai 27,89% (naik dari Oktober 2023: 27,44%).

“Di tengah kondisi ketidakpastian global dan prospek perlambatan pertumbuhan ekonomi global, industri perbankan Indonesia per November 2023 tetap resilien dan berdaya saing,” ujar Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK, Selasa, 9 Januari 2024. 

Dana Pihak Ketiga (DPK) pada November 2023 mencapai Rp8.216,21 triliun, tumbuh sebesar 3,04% yoy, dengan deposito menjadi kontributor pertumbuhan terbesar sebesar 3,50% yoy. 

Beberapa faktor yang memengaruhi perlambatan pertumbuhan DPK antara lain adalah tingginya pertumbuhan DPK selama pandemi yang menyebabkan efek dasar tinggi pada pertumbuhan selanjutnya, penggunaan dana internal untuk operasional dan ekspansi perusahaan, serta peningkatan konsumsi masyarakat dengan berakhirnya status pandemi.

Likuiditas industri perbankan tetap dalam level yang memadai, dengan rasio likuiditas jauh di atas kebutuhan pengawasan. 

Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing naik menjadi 115,73% dan 26,04%, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.

Kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio Nonperforming Loan (NPL) net perbankan sebesar 0,75% dan NPL gross sebesar 2,36%. 

Jumlah kredit restrukturisasi COVID-19 melanjutkan tren penurunan menjadi Rp285,32 triliun, turun Rp15,84 triliun dari Oktober 2023, dengan jumlah nasabah yang terkena dampak berkurang sekitar 80 ribu nasabah.

Penurunan jumlah kredit restrukturisasi dan NPL memberikan dampak positif pada penurunan rasio Loan at Risk (LAR) menjadi 11,61%. Adapun kredit restrukturisasi COVID-19 yang bersifat targeted mencapai 42,5% dari total porsi kredit restrukturisasi sebesar Rp285,32 triliun.

Di sisi risiko pasar, penurunan yield pada November berdampak pada penurunan unrealized loss perbankan. Posisi Devisa Neto (PDN) perbankan juga mengalami penurunan menjadi 1,58%, masih jauh di bawah threshold 20%.