Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang BFI Finance di Tangerang Selatan, Senin, 29 November 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia.com
Industri

OJK Optimistis Kredit Tumbuh 7,5 Persen pada 2022, Ini alasannya..

  • Perbankan bahkan yakin kredit mampu tumbuh 9% atau di atas proyeksi OJK.

Industri

Yosi Winosa

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan kredit perbankan tumbuh 7,5% pada 2022 lantaran didorong sejumlah faktor. Salah satunya yakni pengendalian COVID-19 yang lebih baik.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan pertumbuhan kredit tahun 2022 akan sangat tergantung dari mobilitas masyarakat. Semakin leluasa mereka bergerak, ruang bagi belanja rumah tangga akan semakin besar. 

Hal ini akan menjadi pendorong bagi industri perbankan, mengingat 53% porsi Produk Domestik Bruto (PDB) berasal dari konsumsi rumah tangga. Jika masyarakat berlibur, menjenguk orang tuanya, dan melakukan mobilitas lainya, dampak bergulirnya (multiplier effect) luas mulai dari modal kerja dan produksi yang meningkat, banyaknya penjual, dan sebagainya.

Tahun 2021 lalu di tengah varian delta dan omicron, kredit mampu tumbuh 5,2%. Lompatannya sudah besar karena sebelumnya pada2020 sangat rendah, bahkan sempat minus.

"Saat penjual bermunculan, kredit pasti muncul, se-simpel itu. Tahun 2022 meski presentase lompatannya tidak sebesar tahun 2021, saya rasa 7,5%  justified ya dengan asumsi COVID-19 bisa dikontrol,” kata dia di sela konferensi pers pertemuan tahunan industri jasa keuangan di Jakarta, Kamis, 20 Januari 2022.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan dan Anggota Dewan Komisioner OJk Heru Kristiyana menambahkan, sebenarnya perbankan dalam rencana bisnis bank (RBB) bahkan lebih optimistis dengan memasang target pertumbuhan kredit sebesar 9,5% pada 2022 dengan prasyarat varian omicron bisa dikendalikan dengan baik. 

Dari sisi likuiditas dan permodalan bank sendiri, menurut Heru, bank terus memenuhi arahan untuk membentuk pencadangan. Saat ini, restrukturisasi kredit mencapai Rp693 triliun, membaik dari posisi sebelumnya di kisaran Rp800 triliunan hingga Rp900 triliunan. Sementara cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) saat ini berada di kisaran 14,85% dengan nominal Rp103 triliun.

Ada dua bank yang tengah berdiskusi dengan partnernya untuk melakukan konsolidasi dalam rangka memenuhi persyaratan modal inti minimum Rp3 triliun pada 2022.

Semua bank sudah menyampaikan rencana penguatan modal inti mereka untuk tahun 2022. Baik melalui investor atau partner baru (merger dan akuisisi), pemilik lama menambah modalnya sendiri (rights issue), maupun lewat pembentukan kelompok usaha bank, yakni induk grup bank yang akan memenuhi semua kebutuhan anak usahanya baik terkait solvabilitas, likuiditas dan sebagainya.

Kredit UMKM

Ditambahkan Heru, porsi kredit UMKM bank juga akan perlahan ditingkatkan secara bertahap menjadi 30% pada 2024 mendatang. Namun target ini adalah target industri secara agregat, bukan target individu. Secara individu, target masing-masing bank akan disesuaikan dengan kekuatan dan bisnis model mereka.

Menurut dia, masing-masing bank ada yang menetapkan target 85%, 70%, 50%, atau 20%. Setiap bank wajib berpartisipasi untuk mencapai target industri 30% yang akan dikontrol dalam RBB. 

"Kalau bisnisnya benar-benar ke arah sana ya kita akan dorong lebih tinggi, tapi bank dengan karakter yang gak bisa lebih cepat juga tetap kami minta untuk berkontribusi agar di 2024 bisa tercapai 30%. Kami juga sudah bicara dengan BI soal ini,” tambah Heru.