<p>Fendi Susiyanto  host di program Podcast OmFin Channel (Omongan Investasi dan Financial) /dok TrenAsia</p>
Bursa Saham

OmFin: Strategi Investasi Bumi Serpong Wajar Saat Pandemi Terjadi

  • JAKARTA – Strategi PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) atau BSD menempatkan dananya pada sejumlah instrumen investasi di Singapura dinilai sebagai langkah yang wajar. Pengamat Pasar Modal Fendi Susiyanto mengatakan, dalam situasi pandemi COVID-19 saat ini banyak perusahaan harus memeras otak untuk mengelola cashflow mereka. Apalagi jika perusahaan tersebut memiliki utang dalam jumlah besar. “Langkah […]

Bursa Saham

Issa Almawadi

JAKARTA – Strategi PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) atau BSD menempatkan dananya pada sejumlah instrumen investasi di Singapura dinilai sebagai langkah yang wajar.

Pengamat Pasar Modal Fendi Susiyanto mengatakan, dalam situasi pandemi COVID-19 saat ini banyak perusahaan harus memeras otak untuk mengelola cashflow mereka. Apalagi jika perusahaan tersebut memiliki utang dalam jumlah besar.

“Langkah Bumi Serpong mengalihkan dananya ke aset investasi merupakan strategi bertahan yang baik saat krisis seperti sekarang. Dengan investasi itu perusahaan dapat membayar kewajibannya mengingat pendapatan operasional yang biasa dipakai untuk membayar cicilan utang pasti tergerus,” kata Fendi yang juga host di program Podcast OmFin (Omongan Investasi dan Financial) Channel kepada TrenAsia.com, Jumat, 31 Juli 2020.

Fendi juga menyinggung pilihan BSD yang memilih menempatkan dananya di Singapura ketimbang di dalam negeri. Menurutnya, di Singapura sistem perpajakannya lebih rendah sehingga hasil investasinya menjadi lebih optimal.

Apalagi banyak perusahaan investasi seperti halnya Banjaran Aset Management, tempat BSD menempatkan dananya, memiliki produk reksa dana dengan return reguler.

“Dengan imbal hasil reguler itulah BSD bisa mengatur arus keuangannya, terutama untuk pembayaran utang. Sementara di Indonesia selain faktor pajak yang tinggi, tidak banyak instrumen investasi yang reguler seperti itu,” imbuhnya.

Lembaga Keuangan Asing

Menurut data laporan keuangan BSE semester I 2020 yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia pada 30 Juli, meski bisnis utamanya di Indonesia, mayoritas dana BSDE di tempatkan di sejumlah lembaga keuangan asing.

Contohnya, melalui  anak perusahaannya yaitu Global Prime Treasury PTE Ltd, BSD menempatkan dana sebesar Rp1,76 triliun di reksa dana yang dikelola Banjaran Aset Manajemen yang berdomisili di Singapura.

Simpanan BSD di Banjaran ini melonjak tajam daripada kuartal I 2020 lalu yang masih Rp 312,07 miliar. Ada juga penempatan dana di Morgan Stanley Singapura sebesar Rp30,17 miliar.

Dari investasinya di reksa dana asing itu,  Global Prime  meraih imbal hasil investasi sebesar Rp34,15 miliar. Sementara di produk reksa dana lokal yaitu Mandiri Dana Investa Utama nilai penempatan BSD hanya sebesar Rp251,13 miliar.

Instrumen surat berharga lain yang dipilih BSDE untuk membiakkan dananya adalah Reedemable Note senilai Rp1,85 triliun dan Credit Linked Note sebesar Rp493,41 miliar.

Total jenderal, investasi BSD di instrumen surat berharga ini pada semester I 2020 mencapai Rp4,39 triliun. Nilai itu melonjak dibandingkan dengan akhir Desember 2019 lalu yang masih Rp1,88 triliun.

Strategi Ampuh

Strategi Investasi BSD tersebut terbukti ampuh. Sampai Juni lalu pengembang  ini mampu meraih keuntungan investasi sebesar Rp649,88 miliar. Angka yang wow ditengah penurunan berbagai aset investasi global dan domestik akibat Pandemi COVID-19 sejak Maret lalu.

Sementara secara bisnis, selama 6 bulan pertama 2020, BSD menelan kerugian bersih sebesar Rp89,30 miliar. Bandingkan dengan laba bersih Rp2,09 triliun pada periode sama 2019.

Selain karena faktor penjualan yang menurun, menjadi Rp2,33 triliun, dibandingkan Rp3,6 triliun semester I 2019, pada periode tahun ini beban keuangan yang kudu ditanggung BSD meledak. Paling tidak dari dua pos, beban bunga dan keuangan serta beban bunga-diskonto penjualan, nilainya mencapai Rp889,92 miliar.

Meski mengalami musim bisnis yang kurang menyenangkan, sejatinya pundi-pundi uang BDS masih sangat tebal. Laporan keuangan perseroan yang di publikasikan di Bursa Efek Indonesia pada 30 Juli 2020 mencatat, jumlah kas dan setara kas perseroan sampai 30 Juni lalu mencapai Rp10,37 triliun. Sebagai pembanding pada pos yang sama nilainya baru Rp6,86 triliun di akhir Desember 2019 silam.

Dengan dana besar itulah BSD mencoba mencari fulus besar untuk menyeimbangkan keuangannya. Selain surat berharga, BSD dan entitas anak usahanya juga memiliki banyak simpanan di bank. Yang terbesar di Oversea Chinese Banking Corporation Limited senilai Rp2,76 triliun. Di bank lokal? Ada juga. Seperti di Bank BCA Rp345,56 miliar dan Bank Permata Rp113,51 miliar.

“Sebenarnya banyak perusahaan yang melakukan strategi serupa Bumi Serpong ini. Tinggal bagaimana mengoptimalkan peluang untuk bisa mempertahankan bisnis tetap survive ditengah kondisi pandemi yang belum tahu kapan berakhirnya ini,” jelas OmFin yang podcastnya bisa disimak di YouTube OmFin Channel.