Presiden Prabowo Subianto kala tiba di Amerika Serikat.
Perbankan

Optimisme Perbankan di Masa Transisi Presiden Prabowo

  • Presiden Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% dalam masa pemerintahannya. Target ambisius ini membawa harapan bagi peningkatan kinerja perbankan, khususnya dalam penyaluran kredit.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Pelantikan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming pada 20 Oktober 2024, disusul pembentukan kabinet baru pada 21 Oktober, menandai dimulainya era pemerintahan baru di Indonesia. 

Dalam konteks ini, sektor perbankan menjadi salah satu bidang yang diperkirakan terpengaruh oleh kebijakan baru pemerintah, meskipun dampaknya belum akan sepenuhnya dirasakan dalam waktu dekat.

Presiden Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% dalam masa pemerintahannya. Target ambisius ini membawa harapan bagi peningkatan kinerja perbankan, khususnya dalam penyaluran kredit.

Kebijakan pemerintah baru seperti program makan bergizi gratis dan pengembangan food estate diprediksi akan mendukung sektor pendidikan, kesehatan, dan pertanian.

Menurut hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sektor-sektor tersebut, jika berkembang pesat, dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Kenaikan daya beli ini diyakini akan memicu permintaan kredit, baik produktif maupun konsumtif, yang pada akhirnya menggerakkan roda perekonomian.

Namun, dampak kebijakan pemerintahan baru pada triwulan IV-2024 masih terbatas. Hal ini disebabkan oleh masa transisi kebijakan yang umumnya terjadi pada awal pemerintahan. Kebijakan baru diperkirakan mulai berjalan efektif pada awal 2025, sejalan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

Indeks Ekspektasi Kinerja Perbankan

Meskipun berada di tengah masa transisi, optimisme terhadap kinerja perbankan tetap terjaga. Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) perbankan untuk triwulan IV-2024 tercatat di angka 81, meski sedikit menurun dibandingkan triwulan III-2024 yang mencapai 86.

Optimisme ini didorong oleh beberapa faktor, di antaranya:

  1. Ekspektasi Peningkatan Kredit: Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang stabil diiringi dengan meningkatnya permintaan kredit, terutama pada akhir tahun yang biasanya menjadi periode musiman peningkatan aktivitas kredit.
  2. Kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK): Responden survei memperkirakan DPK akan tumbuh sejalan dengan perbaikan kegiatan ekonomi, masuknya dana pemerintah seperti dana desa dan BOS, serta usaha perbankan dalam mengumpulkan sumber dana untuk mendukung penyaluran kredit.

Faktor Musiman dan Dampaknya pada Perbankan

Periode akhir tahun menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan kredit. Selain itu, pelantikan anggota DPR, DPD, dan MPR masa jabatan 2024-2029 juga diperkirakan memberikan dampak positif terhadap aktivitas bisnis yang mendukung kenaikan kredit.

Proyeksi Kredit dan Restrukturisasi

Survei OJK menunjukkan tren positif dalam pertumbuhan kredit. Kredit restrukturisasi diperkirakan menurun seiring dengan membaiknya kinerja debitur. Selain itu, kredit yang sebelumnya masuk kategori hapus buku juga diproyeksikan mengalami penurunan, mencerminkan perbaikan dalam pengelolaan kredit bermasalah.

Kredit/pembiayaan diperkirakan terus tumbuh hingga akhir Desember 2024, didorong oleh meningkatnya aktivitas bisnis debitur. Sementara itu, suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan menurun sejalan dengan tren penurunan BI-Rate sejak September 2024, yang memberikan peluang bagi perbankan untuk mendorong kredit lebih agresif.

Peluang dan Tantangan di Era Pemerintahan Baru

Memasuki era pemerintahan Presiden Prabowo, sektor perbankan menghadapi peluang besar untuk meningkatkan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi. Program-program baru yang mendorong pengembangan sektor riil diharapkan menjadi katalis positif bagi industri ini.

Namun, perbankan juga harus bersiap menghadapi tantangan di masa transisi kebijakan. Kesiapan dalam menyesuaikan strategi dengan arah kebijakan pemerintah baru menjadi kunci bagi keberlanjutan pertumbuhan yang solid di sektor ini.