Ilustrasi
Industri

Optimistis Capai Netral Karbon pada 2060, Emisi Indonesia Terendah di ASEAN

  • JAKARTA - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Zulkifli Zaini optimistis dapat mencapai target netral karbon pada 2060.Menurutnya, kea
Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Zulkifli Zaini optimistis dapat mencapai target netral karbon pada 2060.

Menurutnya, keandalan teknologi akan menjadi penentu untuk menuju nol emisi karbon. Ia menyebut, tren 3D, yakni Dekarbonisasi, Desentralisasi dan Digitalisasi akan mempengaruhi berbagai perencanaan dan strategi.

“Dukungan teknologi sangat menentukan. Oleh karena itu, PLN terus mendorong pengurangan efek gas rumah kaca,” ujarnya dalam sebuah acara daring, beberapa waktu lalu.

Zulkifli bilang, sejauh ini sektor ketenagalistrikan hanya menyumbang 14% dari keseluruhan emisi nasional. Kontributor emisi karbon terbesar sesungguhnya diakibatkan oleh pengunaan lahan dan alih fungsi hutan, termasuk kebakaran hutan.

“Meskipun demikian, sumbangan emisi Indonesia yang sebesar 14% tersebut termasuk yang terendah di ASEAN,” tambahnya.

Filipina dan Vietnam, misalnya, sektor ketenagalistrikan di sana masing-masing berkontribusi 30% terhadap emisi. Sementara itu, Malaysia angkanya lebih tinggi, yakni 32% terhadap emisi.

Ia berkomitmen, PLN akan mendukung transisi energi menuju capaian yang optimal. Model bisnis perseroan ke depan, lanjutnya, akan mengakomodasi tren 3D dengan meningkatkan peran EBT sebagai sumber energi primer utama dan smart grid sebagai enabler.

Lebih jauh, ia menyebut inovasi teknologi semakin maju dalam bidang teknologi pembangkit EBT. Hal ini dibuktikan oleh kehadiran energy storage atau baterai, carbon capture, green hydrogen, kendaraan listrik, dan efisiensi energi yang mendorong transisi pada sektor ketenagalistrikan.

Dalam upaya mengurangi energi fosil, pemerintah memang diketahui tengah mengembangkan teknologi CSS (Carbon Capture and Storage) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Penerapan CCUS ini dianggap mampu mengurangi emisi CO2 dari bahan bakar fosil, termasuk sektor minyak dan gas bumi.

Selain itu, penerapan CCUS juga dinilai bisa meningkatkan produksi minyak menjadi satu juta barel dan gas sebesar 12 BSCFD pada 2030.