Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad
Nasional

Optimistis, INDEF Koreksi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2022 ke 5,1 Persen

  • Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan pada tahun ini menyentuh angka 5,1%.
Nasional
Feby Dwi Andrian

Feby Dwi Andrian

Author

JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan pada tahun ini menyentuh angka 5,1%. Angka tersebut mengoreksi prediksi sebelumnya di 5% secara tahunan.

Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad menyampaikan,  pihaknya sedikit lebih optimistis.

"Meski ini jelas jauh di bawah perkiraan pemerintah yang berada di angka 5,2%," kata Tauhid dalam acara Respon INDEF terhadap Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2022 secara daring, Selasa, 8 November 2022.

Ia juga menambahkan, meski pada kuartal ke III pertumbuhan ekonomi jauh lebih tinggi dari kuartal kedua yaitu 5,44%, namun, ia mewanti-wanti akan adanya potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat mendatang menjadi 5,3% secara moderat.  

Lebih lanjut, Tauhid juga menyampaikan penyebab dari potensi melambatnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal empat adalah karena peningkatan inflasi yang lebih tinggi dan juga belum melandainya harga pangan serta diikuti dengan pelemahan nilai tukar rupiah.

Oleh karena itu, Tauhid juga merekomendasikan tiga hal yang harus dilakukan oleh pemerintah antara lain:

Pertama, mempercepat belanja modal dan belanja barang. Seperti yang diketahui, hingga Oktober 2022, untuk belanja modal baru sekitar 66,83% dan belanja barang menyentuh angka 66,44%.

"Saya kira perlu ada terobosan yang strategis agar dengan waktu yang terbatas, yang menyisakan 2 bulan, itu bisa diselesaikan," ungkapnya.

Kedua, dilakukan penyesuaian secara moderat, seperti suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR). INDEF merasa bahwa penyesuaian suku bunga kebijakan Bank Indonesia termasuk lamban.

"Karena itu perlu dilakukan moderasi suku bunga BI7DRRR mengikuti perkembangan inflasi yang terjadi selama ini dan memang dipengaruhi pula oleh dinamika kondisi global," imbuhnya.

Ketiga, perlunya penguatan pasar domestik untuk berbagai produk-produk yang memiliki daya saing di pasar global serta mempercepat berbagai industri impor di tengah kuatnya arus importasi beragam produk industri agar perlambatan ekonomi bisa dihindari.